Jumat, 28 November 2008

Kualitas Pakan Larva



Kualitas Pakan Larva



Meskipun beberapa spesies telah berhasil dipijahkan pada bak terkontrol, tetapi pemeliharaan larva dalam usaha pembenihan ikan laut masih sulit. Dengan demikian, produksi benih ikan laut tidak ekonomis. Salah satu kendala yang dihadapi pada pemeliharaan larva adalah penyediaan jasad pakan yang berkualitas. Tidak memadainya nutrisi jasad pakan yang digunakan (rotifera dan artemia) sebagai pakan larva telah diketahui sebagai salah satu penyebab kegagalan pemeliharaan larva.



Telah dilaporkan oleh para peneliti bahwa hubungan antara kualitas nutrisi jasad pakan dengan kebutuhan nutrisi larva ikan laut ditunjukkan oleh jumlah kandungan asam lemak esensial (ALE) jasad pakan yaitu asam lemak tak jenuh rantai panjang (akajerapa)o 3 (baca: omega-3) khususnya 20:5 o 3 (eicosa pentanoic acid/EPA) dan 22:6 o 3 (docosa hexaenoic acid/DHA) yang merupakan faktor utama untuk kebutuhan nutrisi larva ikan laut.

EPA maupun DHA merupakan asam lemak yang tidak dapat disintesis sendiri oleh larva ikan sehingga harus dipasok dari luar melalui makanan. Hal ini juga telah dibuktikan pada larva ikan kakap putih Lates calcarifer yang telah terbukti dalam pembenihannya sering terjadi kematian pada stadium larva-benih dalam jumlah besar. Larva yang mati ditandai dengan terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam had, pembengkakan gelembung renang, terdapatnya rongga di dalam otak dan mata, kesulitan dalam keseimbangan cairan tubuh, dan mudah terjadi stres. Gejala-gejala tersebut juga sering terjadi dan dijumpai pada larva ikan laut lainnya. Hal ini membuktikan bahwa kedua unsur kimia itu sangat penting. Hasil analisis mengenai komposisi asam lemak pada telur dan larva ikan kakap merah seperti yang tersaji dalam Tabel 3.



TABEL 3. KOMPOSISI ASAM LEMAK PADA TELUR DAN LARVA IKAN KAKAP MERAH,





Asam Lemak

Telur

Larva umur 3 hari

14:0

15:0

16:0

16:1

18:0

18:2 0 9

18:2 0 6

18:3 0 6

18:3 0 3

18:4 o 3

20:0

20:1 o 9

20:2 o 9

20:2 o 6

20:3 o 6

20:4 o 6

20:4 o 3

20:5 o 3

22:1 0 1

22:4 o 6

22:5 o 6

22:5 o 3

22:6 o 3

o -3 HUFA

3,8

0,3

19,5

8,4

5,0

22,1

6,5

0,0

0,6

0,5

0,2

1,0

0,1

0,2

0,1

1,0

0,7

7,7

0,0

0,3

0,1

2,3

17,8

28,5

5,5

0,7

26,5

6,8

7,0

14,2

5,2

0,1

0,4

0,2

0,2

0,6

0,0

0,2

0,1

1,6

0,5

7,2

0,2

0,1

0,2

1,6

18,7

28,0

















Altajerapa jenis EPA dan DHA sangat dibutuhkan oleh larva sehingga para peneliti melaporkan bahwa kandungan kedua altajerapa ini di dalam jasad pakan yang biasanya digunakan sebagai pakan larva (rotifera dan artemia) harus memadai. Untuk itu, beberapa teknik untuk meningkatkan gizi jasad pakan telah diketahui dan dilaporkan. Upaya peningkatan kualitas jasad pakan untuk mendukung pertumbuhan larva ikan laut adalah sebagai berikut.



1). Teknik pengkayaan gizi rotifera dan artemia

Telah dikemukakan bahwa larva ikan laut sangat membutuhkan altajerapa EPA dan DHA, sedangkan kandungan EPA danDHA dalam tubuh jasad pakan rotifera dan nauplius artemia biasanya kurang memadai untuk mendukung pertumbuhan larva. Jika jasad pakan dengan keadaan kandungan EPA dan DHA seperti ini diberikan kepada larva ikan maka dapat menyebabkan kematian larva dalam jumlah besar setelah beberapa hari.

Mengingat sumber EPA dan DHA adalah minyak-minyak ikan maka berbagai jenis minyak yang ada di pasaran mengandung komposisi asam lemak sehingga dapat dan sering digunakan untuk memperkaya jasad pakan. Hal ini disajikan dalam Tabel 4.



TABEL 4. KOMPOSISI ASAM LEMAK (PERSEN TOTAL LEMAK) DARI BERBAGAI JENIS MINYAK IKAN



Pollack Liver

Asam Lemak

Squid Liver

Sardine

Bonito

14:0

16:0

16:1

18:0

18:1 o 9

18:2 o 6

18:2 o 3

20:1 o 9

20:4 o 6

20:5 o 3

22:1 o 9

22:4 o 6

22:5 o 3

22:6 o 3

o 3HUFA

2,8

16,1

12,1

2,0

16,7

1,2

0,3

16,8

1,8

9,1

6,2

0,4

0,5

2,4

12,0

8,7

18,18

9,9

1,3

18,1

0,7

0,6

15,3

0,3

7,8

11,9

0,9

0,9

2,3

11,6

7,6

19,1

5,6

3,4

19,0

1,5

1,0

11,7

1,3

9,6

5,3

0,5

1,1

9,5

20,3

8,9

20,1

7,8

2,7

13,4

1,4

1,3

9,3

1,0

12,5

6,0

1,2

2,8

7,9

23,2

5,7

24,7

6,9

6,4

14,5

1,9

0,9

1,8

1,6

5,1

-

0,6

1,6

16,7

23,4

































2. Metode ragi-omega (ragi-o)

Kultur ragi roti dapat digunakan sebagai pakan rotifera, tetapi kualitas nutrisi yang dihasilkan sangat rendah bagi larva. Di Negara Jepang telah dikembangkan ragi-o yang diproses dengan penambahan minyak ikan. Ragi-o harus selalu disimpan dalam kondisi beku (suhu rendah) agar nilai nutrisinya tetap terjaga. Pemberian pakan tambahan ragi-o terhadap rotifera dan nauplius artemia sebelum diberikan kepada larva ikan telah meningkatkan kandungan EPA dan DHA dan telah dibukrikan meningkatkan kelangsungan hidup benih.



3. Metode emulsi lemak

Para peneliti telah mendalami cara meningkatkan kandungan EPA dan DHA dalam rotifera dan artemia. Dewasa ini banyak para pelaksana di pand benih ikan laut menggunakan metode emuisi untuk meningkatkan kualitas nutrisi. Minyak ikan tidak dapat diberikan langsung sebagai pakan kepada jasad pakan sehingga harus dicampur dengan bahan lain seperti bahan protein melalui proses emuisi. Kuning telur segar atau lesitin atau kasein dapat dimanfaatkan untuk mengemuisi minyak ikan. Emuisi tersebut dicampur dengan ragi kemudian diberi pakan kepada rotifera dan nauplius artemia beberapa jam sebelum diberikan kepada larva. Teknik pengkayaan rotifera dan artemia seperti tercantum dalam Gambar 14.





















Gambar 14. Teknik pengkayaan rotifera dan artemia dengan metode emulsi lemak



4. Metode pelet mikro (microencapsulated diet, MCD)

Telah ditemukan teknik untuk memperkaya gizi jasad pakan melalui pemberian pakan buatan dalam bentuk pelet mikro yang dikenal dengan microencapsulated diet (MCD). MCD adalah ransum pelet mikro yang dibuat dari bahan-bahan ramuan yang kaya energi



Ragi omega (kiri) dan salah saru produk pellet mikro (kanan) untuk

Pengkayaan gizi rotifera dan artemia



dengan ukuran partikel sangat kecil disesuaikan dengan kebutuhan rotifera dan nauplius artemia. Susunan partikel-parrikel pelet mikromi dilapisi oleh suatu membran protein dan akan pecah oleh enzim pencernaan. Penggunaan MCD ini telah dibuktikan dapat meningkatkan kelangsungan hidup benih ikan laut.

SUMBER

Drs. Pramu Sunyoto

Dr. Mustahal, M.Sc

Penebar Swadaya

What is AdSense

What is AdSense

AdSense program is a joint media advertising through the Internet, which is held by the Google Corporation. Through its advertising program AdSense, the owner of web sites or blogs that have been approved by the membership register and install ad units that form and material have been determined by Google in their web pages.

Owner website or blog will get the income form the division of profits from Google for each ad that is clicked by visitors, a system known as pay-per-click or pay-per-click. In addition to providing ads with a system of pay-per-click, Google AdSense also provides AdSense for search (AdSense for Search) and adsense feeds.


In the AdSense for search, web site owners can install the Google search box on their web page. Site owners will get income from Google for each search conducted visitors through the search box, which continues to click on ads that are included in search results.

In the ad landing, site owners will receive after implantation click on the ad continues with a specific action by the visitors that have been agreed between Google advertisers.

Advertiser ads to make registration to Ad-Words. AdWords ads are organized so that can be displayed and viewed by Internet users, the dibuatlah AdSense program so that every publisher would promote the benefits of these ads with pay-per-click for each ad after registration in the Google AdSense.

2.2 Product AdSensea
dSense memitiki three services, namely:
• AdSense for Content
• AdSense for Search
• Feed
james Timothy, 2008

Rabu, 26 November 2008

drying fishpond


drying fishpond

Drying fish Pond is a part of the cultivation of fish in the preparation of fishpond. The pond is done with the purpose to kill pests and disease seeds in the pool, swimming in the spawning ponds drying aims to stimulate spawning fish, with the smell ampo generated from the land ter air water swimming

The process of preparation, other than a swimming pool drying also made management, fertilization and swimming. Pond management is done with the purpose to increase the pH of the pond. Fertilization is done with the purpose of the pond to feed the natural form of fithoplankton and zooplankton.

Drying swimming activities conducted for 3 days until the soil conditions pond crack-crack. In the event of drying ponds, this channel water into the pond must be closed so that the process is running perfectly.

mina padi


Mina Rice

Mina, rice is an activity of the fish in the rice fields. The principles are maintaining fish with rice. Land (paddy field) for the maintenance of fish in Mina rice paddy fields with different in general, made of rice fields in such a way that they make a decent living fish in the rice fields. In the land rice fields for the maintenance of the fish made a kamalir made in the swimming pool or made in the function for the maintenance of the fish.



The type of fish that are suitable to be cultivated in Mina rice are the type of fish fingerlings, indigo, tawes, nilem, mujaer, gurame, tambakan, generally the size of the fish that is kept for the good seed size, therefore, maintenance of fish in paddy fields suitable to the maintenance of the seeds.



Fish that are kept in a rice field to the size of seeds is very good because many rice fields in the natural food that is produced can directly help the growth of fish.



In addition to the natural fish feed should also be given feed made in the form of bran or Pellet. In order to achieve the optimum growth.

Pemeliharaan Larva pada jenis ikan laut ekonomis

Pemeliharaan Larva



Sebelum larva ditebar, bak-bak untuk pemeliharaan harus disiapkan. Bak-bak tersebut diisi air laut yang telah difilter dengan jumlah kira-kira 80% dari kapasitasnya serta dipasok aerasi pada tingkat kecepatan rendah, arrinya gelembung-gelembung udara yang keluar dari batu gerator diusahakan sekecil mungkin, tetapi tidak berhenti. Jumlah air yang diisikan disesuaikan dengan kapasitas bak. Pada bak-bak pemeliharaan skala kecil, misalnya 0,5 - 3 m3 cukup dipasang 3 - 6 aerasi.



Sekitar 1 - 2 jam sebelum menetas, telur-telur fertil ditebarkan dengan pelan-pelan ke dalam bak pemeliharaan. Penebaran telur itu dilakukan pada tingkat kepadatan kira-kira 50 butir per liter air pemeliharaan. Larva yang baru menetas mempunyai cadangan kuning telur atau yang disebut yolk sac dan butiran minyak yang disebut juga oil globule. Letak butir minyak (oli globule) di sekitar kuning telur tergantung pada jenis ikan. Maksudnya butir minyak ini ada yang terletak mendekati bagian depan (menuju ke arah kepala) dan ada pula yang terletak mendekati bagian belakang (menuju ke arah ekor).







Larva yang baru menetas biasanya disebut D-O (larva berumur 0 hari). Pada saat ini, mulut dan mata larva belum membuka. Larva ini masih menggunakan kuning telur dan butiran minyak sebagai sumber energi untuk pertumbuhan maupun pergerakan. Biasanya larva akan tumbuh cepat dengan menggunakan sumber energi dari dalam tubuhnya sampai sumber energi icu akan habis. Pada saat sumber energi ini menjelang habis, organ-organ tubuh larva mulai berkembang. Kondisi ini dapat dilihat pada saat larva berumur dua hari. Oleh karena itu, pada larva D-2 harus sudah tersedia pakan yaitu berupa jasad pakan (plankton).

sumber: Drs. Pramu Sunyoto

Dr. Mustahal, M.Sc

Penebar Swadaya





Selasa, 25 November 2008

DEVELOPMENT AND HATCHING TYPES EGGS OF SEA FISH







DEVELOPMENT AND HATCHING TYPES EGGS OF SEA FISH



Principles hatchery collects the eggs and then move them into the sedimentation tanks, hatchery and maintenance. Flyblow to be able to produce good quality fish that the incubation process must be done with caution.



A. Egg incubation

Egg incubation aims to create conditions so that progress with the development of the fetus so that the flyblow good quality. Eggs that have muzaphar floating nature of the results of spawning naturally or by artificial (striping) put in a fine net bag.

Net bag can be made from cloth, a fine or a plankton net with a diameter less than the net eye diameter of eggs. Place the bag of eggs can be used for this purpose.

Net bag is inserted into the vessel capacity-bak round 0.5 - 1 m3 of sea water filter (clean water). Sea water used is always flowing at a rate of 20 1/menit continue to occur so that the running water. Aeration is also not too strong given that the eggs can be spread evenly. Eggs that will die in the bottom sediment bag nets and disipon periodically. Usually the eggs results of artificial insemination has a high death rate.

Incubation eggs made for 1 - 2 hours before the eggs hatch and start this depends on the type of fish. When viewed in Microscopic, embryo development for each type of fish eggs this looks the same. The development of the embryo starts from a single cell, which then split into two cells, four cells, eight cells, and so on until the cells formed many agencies that eventually formed flyblow. Time required for the establishment of this body flyblow depending on the type of fish and water temperature. That has been fertilized eggs will be coated by a strong membrane. With the help of the microscope, it looks different when compared with egg



TABLE 2. Diameter OF EGGS AND OIL ON BUTIRAN OF EGGS, AND length of the incubation period longer hatch flyblow NEW FISH ON DIFFERENT TYPES



Jenis Ikan

Diameter telur

(mm)

Diameter Butir minyak pada telur (mm)

Masa Inkubasi

(jam)

Panjang larva baru menetas

(mm)

Kerapu macam

Epinephelus

Fuscoguttatus

Kerapu lumpur

Epinephelus suillus

Kerapu Sunuk

Plectropomus

Maculatus

Kakap Jenaha

Lutjanus johni

Kakap bakau

Lutjanus

Argentimaculatus

Kakap putih

Lates calcarifer

Kakap mata kucing

Psammoperca

Waigiensis

Beronang

Siganus spp.

0,89





0,90



0,80





0,80



0,79





0,78 – 0,81



0,70 – 0,80





0,54 – 0,55

0,10





-



0,18





0,16



0,15





0,23



0,18





banyak

18





16 – 25



16 – 18





14,5 – 15,0



17,0 – 17,5





15 – 17



14 – 16





13

20 - 26

1,34





1,5 – 1,9



1,59





1,6 – 1,7



1,6 – 1,9





1,6



1,76





1,98 – 2,1







Figure 12. Development of eggs to a fish embryo mud



that is not fertilized. For fish eggs beronang that has attached the collector-egg collectors can be directly transferred to the vessel, the vessel as the incubation once the vessel maintenance flyblow.

Eggs have a new conception will form a cell and bring grain oil. Eggs and grouper fish will kakap bring a morsel of oil, while fish eggs beronang usually take more than a grain size of the oil is not uniform. The amount of oil droplets in the egg beronang this will be lost during the incubation process until the eggs hatch.

Flyblow the new hatch usually carry only one or two eggs in oil. The development of eggs and then start from one cell split into 2 and 4 cells, 16 cells, and so on until the stadium-formed fetus stadium. Development of eggs to hatch and formed embryo into flyblow will depend on the species and the incubation temperature of the water.







Figure 13. The development of egg to embryo to be kakap

Lutjanus argentimaculatus





Beronang fish eggs taken from the substrate take five grains of oil

source: Drs. Pramu Sunyoto

Dr. Mustahal, M. Sc

Sower Swadaya

PENETASAN DAN PERKEMBANGAN TELUR PADA JENIS IKAN LAUT EKONOMIS



PENETASAN DAN PERKEMBANGAN TELUR



Prinsip penetasan yaitu mengumpulkan telur-telur kemudian memindahkannya ke dalam bak-bak penetasan dan pemeliharaan. Agar dapat menghasilkan larva ikan yang bermutu baik maka proses inkubasi harus dilakukan dengan hati-hati.



A. Inkubasi Telur

Inkubasi telur bertujuan untuk membuat kondisi agar perkembangan embrio berlangsung dengan baik sehingga diperoleh larva yang berkualitas. Telur-telur ferdi yang mempunyai sifat terapung dari hasil pemijahan secara alamiah maupun secara buatan (striping) ditampung di dalam kantong jaring yang halus. Kantong jaring tersebut dapat dibuat dari kain yang halus atau plankton net dengan diameter mata jaring kurang dari diameter telur. Kantong tempat pengumpul telur dapat digunakan untuk tujuan ini.

Kantong jaring tersebut dimasukkan ke dalam bak-bak bulat berkapasitas 0.5 - 1 m3 air laut filter (air laut bersih). Air laut yang digunakan selalu mengalir pada tingkat 20 1/menit sehingga terus terjadi pergantian air. Aerasi yang tidak terlalu kuat juga diberikan agar telur-telur dapat menyebar merata. Telur-telur yang mati akan mengendap di bagian dasar kantong jaring dan disipon secara periodik. Biasanya telur-telur hasil pembuahan buatan mempunyai angka kematian yang tinggi.

Inkubasi telur dilakukan selama 1 - 2 jam sebelum telur-telur mulai menetas dan hal ini tergantung pada jenis ikan. Bila dilihat secara mikroskopik, perkembangan embrio untuk setiap jenis telur ini ikan tampak sama. Perkembangan embrio ini dimulai dari satu sel yang kemudian membelah menjadi dua sel, empat sel, delapan sel, dan seterusnya sampai terbentuk banyak sel yang akhirnya terbentuk badan larva. Waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan badan larva ini tergantung pada jenis ikan dan suhu air. Telur yang telah dibuahi akan dilapisi oleh selaput yang kuat. Dengan bantuan mikroskop, hal ini kelihatan berbeda jika dibandingkan dengan telur



TABEL 2. DIAMETER TELUR DAN BUTIR MINYAK, LAMANYA MASA INKUBASI DAN PANJANG LARVA BARU MENETAS PADA BERBAGAI JENIS IKAN

Jenis Ikan

Diameter telur

(mm)

Diameter Butir minyak pada telur (mm)

Masa Inkubasi

(jam)

Suhu

Inkubasi

(0 C)

Panjang larva baru menetas

(mm)

Kerapu macam

Epinephelus

Fuscoguttatus

Kerapu lumpur

Epinephelus suillus

Kerapu Sunuk

Plectropomus

Maculatus

Kakap Jenaha

Lutjanus johni

Kakap bakau

Lutjanus

Argentimaculatus

Kakap putih

Lates calcarifer

Kakap mata kucing

Psammoperca

Waigiensis

Beronang

Siganus spp.

0,89

0,90

0,80

0,80

0,79

0,78 – 0,81

0,70 – 0,80

0,54 – 0,55

0,10

-

0,18

0,16

0,15

0,23

0,18

banyak

18

16 – 25

16 – 18

14,5 – 15,0

17,0 – 17,5

15 – 17

14 – 16

13

20 - 26

28,4 – 29,1

26,5 – 28,0

26,4 – 29,1

29,0 – 29,5

27,5 – 28,0

27 – 30

27 - 30

27 – 29

29 - 30

1,34

1,5 – 1,9

1,59

1,6 – 1,7

1,6 – 1,9

1,6

1,76

1,98 – 2,1

















Gambar 12. Perkembangan telur hingga menjadi embrio ikan kerapu lumpur



yang tidak dibuahi. Bagi telur ikan beronang yang mempunyai sifat menempel maka kolektor-kolektor telur dapat langsung dipindahkan ke dalam bak-bak inkubasi yang sekaligus dijadikan bak pemeliharaan larva. Telur yang baru mengalami pembuahan akan membentuk satu sel dan membawa butir minyak. Telur-telur ikan kerapu dan kakap akan membawa sebuah budr minyak, sedangkan telur ikan beronang biasanya membawa lebih dari satu butir minyak dengan ukuran tidak seragam. Jumlah butiran minyak pada telur beronang ini akan semakin hilang selama proses inkubasi hingga telur menetas.

Larva yang baru ditetaskan biasanya hanya membawa satu atau dua butir minyak. Perkembangan telur dimulai dari satu kemudian membelah menjadi 2 sel lalu 4 sel, 16 sel, dan seterusnya sampai terbentuk stadium-stadium embrio. Perkembangan telur hingga terbentuk embrio dan menetas menjadi larva akan tergantung pada spesies dan suhu air inkubasi.











Gambar 13. Perkembangan telur hingga menjadi embrio kakap

Lutjanus argentimaculatus















Telur ikan beronang yang diambil dari substrat membawa lima butir minyak

sumber : Drs. Pramu Sunyoto

Dr. Mustahal, M.Sc

Penebar Swadaya