Kamis, 29 Oktober 2009

Syarat Hidup ikan Nila

Syarat Hidup ikan Nila
Nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau hingga di dataran tinggi yang berair tawar. Habitat hidup ikan ini cukup beragam, bisa di sungai, danau, waduk, rawa, sawah, kolam, atau tambak. Nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-38° C dan dapat memijah secara alami pada suhu 22-37° C. Untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, suhu optimum bagi ikan ini adalah 25-30° C. Pertumbuhan nila biasanya akan terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 14° C atau pada suhu di atas 38° C. Pada suhu 6° C atau 42° C ikan ini akan mengalami kematian.
Selain suhu,faktor lain yang bisa mepengaruhi kehidupan nila adalah salinitas atau kadar garam. Nila bisa tumbuh dan berkembang biak di perairan dengan salinitas 0-29%. (promil). Ikan ini masih bisa tumbuh, tapi tidak bisa berproduksi di perairan dengan salinitas 29-35%.. Nila yang masih kecil atau benih biasanya lebih cepat menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas dibandingkan dengan nila yang berukuran besar.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi,M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008

Rabu, 28 Oktober 2009

Morfologi ikan Nila

Morfologi ikan Nila

Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan Oreochromis memang berbeda dengan kelompok tilapia. Secara umum, bentuk (tubuh nila memanjang dan ramping, dengan sisik berukuran besar. Betuk matanya besar dan menonjol dengan tepi berwarna putih. Gurat sisi (linea literalis) terputus di bagian tengah tubuh, kemudian berlanjut lagi, tetapi letaknya lebih ke bawah dibandingkan dengan letak garis yang memanjang di atas sirip dada. jumlah sisik pada gurat sisi 34 buah. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip duburnya memiliki jari-jari lemah, tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip punggung dan sirip dada berwarna. hitam. Pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam.
Banyak orang yang keliru membedakan antara nila dan mujair (Oreochromis mossambicus). Letak perbedaan keduanya bisa dilihat dari perbandingan antara panjang total dan tinggi badan. Untuk nila perbandingannya 3 : 1 dan untuk mujair 2 : 1. Selain itu, ada pola garis-garis vertikal yang terlihat sangat jelas di sirip ekor dan sirip punggung nila. jumlah garis vertikal di sirip ekor ada enam buah dan di sirip punggung ada delapan buah. Garis dengan pola yang sama (garis vertikal) juga terdapat di kedua sisi tubuh nila dengan jumlah delapan buah.
Nila memiliki lima buah Sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip data (pectoral fin) sirip perut (venteral fin), sirip anal (anal fin),dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat.
jika dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya, nila jantan memiliki ukuran sisik yang lebih besar dibandingkan dengan nila betina. Alat kelamin nila jantan terletak di depan anus. Bentuknya berupa tonjolan agak runcing, berfungsi sebagai saluran urine dan saluran sperma. jika perut nila jantan diurut, akan mengeluarkan cairan bening. Sementara itu, alas kelamin nila betina juga terletak di depan anus, tetapi memiliki lubang genital yang terpisah dengan lubang saluran urine. Bentuk hidung dan rahang belakang nila jantan melebar dan berwarna biru muda. Sementara bentuk hidung dan rahang belakang nila betina agak lancip dan berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor nila jantan berupa garis putus-putus, sedangkan pada nila betina tidak terputus dan melingkar.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008

Senin, 26 Oktober 2009

Sejarah dan Asal-usul ikan nila

Sejarah dan Asal-usul

Nila pertama kali didatangkan dariTaiwan ke Bogor (Balai Penelitian Perikanan AirTawar) pada tahun 1969. Setahun kemudian, ikan ini mulai ditebarkan ke beberapa daerah. Pemberian nama nila berdasarkan ketetapan Direktur Jenderal Perikanan pada tahun 1972. Nama tersebut diambil dari narna species ikan ini, yakni nilotica yang kemudian diubah menjadi . Nama nilotica menunjukan daerah asal ikan ini, yaitu sungai

Secara alami ikan ini melakukan migrasi dari habitat aslinya di sungai Nil di Uganda (bagian hulu Sungai Nil) kw arah selatan melewati Danau Raft dan Tanganyika hingga ke Mesir (sepanjang Sungai Nil). Nila juga terdapat di Afrika bagian tengah dan barat. Populasi terbanyak ditemukan di kolam-kolam ikan di Chad dan Nigeria. Dengan campur tangan manusia, saat ini nila telah menyebar ke seluruh dunia mulai dari Benua Afrika, Amerika, Eropa, Asia, dan Australia.
Klasifikasi
Awalnya, nila dimasukkan ke dalam jenis Tilapia nilotica atau ikan dari golongan tilapia yang tidak mengerami telur dan larva di dalam mulut induknya. Dalam perkembangannya, para pakar perikanan menggolongkannya ke dalam jenis Sorotherodon niloticus atau kelompok ikan tilapia yang mengerami telur dan larvanya di dalam mulut induk jantan dan betina. Akhirnya, diketahui bahwa yang mengerami telur¬ dan larva di dalam mulut hanya induk betinanya. Para pakar perikanan kemudian memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan ini adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp. Berikut ini klasifikasi nila selengkapnya.

Filum: Chordata
Subfilum: Vertebrata
Kelas: Pisces
Subkelas: Acanthopterigii
Ordo: Perciformes
Familia: Cichlidae
Genus: Oreochromis
Spesies: Oreochromis niloticus
Nama Asing: nile tilapia
Nama Lokal: nila

Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008

Minggu, 25 Oktober 2009

IKAN NILA

NILA

Nila merupakan salah satu komoditas penting budi daya perikanan air tawar di Indonesia. Ikan ini merupakan ikan introduksi yang didatangkan secara bertahap ke Indonesia. Pertama kali didatangkan pada tahun 1969. Nila disenangi tidak hanya karena rasa dagingnya yang khas, tetapi juga karena laju pertumbuhan dan perkembangbiakannya yang cepat. Di kalangan peternak, nila merupakan andalan dalam mencetak rupiah.

Berat tubuh ikan ini bisa mencapai 1 kg per ekor. Namun, kepopuleran nila tidak semata-mata hanya karena laju pertumbuhannya, yang cepat. Faktor lain yang memegang peran penting adalah cita rasa dagingnya yang khas dan harga jualnya yang terjangkau oleh masyarakat.



Warna dagingnya yang putih, tidak berduri banyak, serta harganya yang murah menjadikan ikan ini sebagai sumber protein yang mudah dan murah didapat. Hal ini bisa dimengerti karena kandungan proteinnya cukup tinggi, mencapai 17,5%.


Selain di Indonesia, nila juga banyak dibudidayakan di negara Asia Tenggara lain, terutama di Filipina, Malaysia, dan Thailand. Di Indonesia, Ikan ini sudah tersebar hampir ke seluruh pelosok wilayah tanah air. Satu hal yang menguntungkan—meskipun sebagai ikan pendatang tehnik budi daya nila ternyata tidak sesulit dan serumit yang dibayangkan. Selain bisa dipelihara di kolam biasa, seperti yang umum dilakukan, nila juga bisa dibudidayakan di berbagai media lain, seperti kolam air deras, kantong jaring apung, karamba, sawah, bahkan di tambak air payau-
Sumber : Khairul Amri, S.Pi.M.Si dan Khairuman, S.P. Agromedia Pustaka. 2008

Teknologi Budi Daya ikan mujaer

Teknologi Budi Daya

Teknologi budi daya mujair tidak serumit teknologi budi daya ikan jenis lainnya. Umumnya, teknologi budi daya nila dapat diterapkan untuk pembudidayaan mujair. Namun, karena mujair mudah memijah dan tidak, memerlukan perlakuan khusus, maka pembudidayaanya lebih banyak, dilakukan secara tradisional. Cara pemijahannya dilakukan dengan; menebar beberapa pasang induk mujair ke dalam kolam pemijahan' Secara alami, mereka akan memijah dan menghasilkan banyak benih dalam waktu yang tidak terlalu lama, sehingga kadang-kadang menjadi berlebihan. Hal inilah yang menyebabkan mujair tidak dibudidayakan secara serius karena mudah sekali berkembang biak.


Peluang Pasar
Mujair digemari karena rasa dagingnya yang enak. Mujair ukuran konsumsi banyak dijual di pasar-pasar tradisonal dan pasar swalayan. Harganya tidak semahal harga nila, sehingga jumlah penggemarnya sangat banyak. Selain digoreng, ikan ini juga bisa diolah menjadi ikan asin. Selain dijual sebagai ikan konsumsi, mujair dapat dijual sebagai pakan ikan buas, {ikankarnivora) seperti ikan gabus atau ikan Oscar. Bahkan, pembudidaya ikan kakap putih biasa memberikan mujair sebagai pakannya dengan cara memeliharanya secara polikultur, sehingga kakap putih tidak perlu diberi pakan tambahan.

sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008

Sabtu, 24 Oktober 2009

ikan mujair

MUJAIR

Mujair (Oreochromis mosambicus) yang sebelumnya dikenal sebagai Tilapia mosombica merupakan ikan ekonomis penting dan dikenal cukup luas oleh masyarakat di tanah air. Ikan yang merupakan kerabat dekat nila ini berasal dari Afrika dan secara alami banyak ditemukan di sungai-¬sungai di wilayah Mozambik. Itulah sebabnya mengapa ikan ini diberi name latin Oreochromis mosambicus.

sebagai ikan introduksi, mujair pertama Kali ditemukan di daerah Blitar selatan. Nama mujair diberikan sebagai penghargaan kepada bapak Mujair yang pertama kali menemukannya pada tahun 1939. Di Indonesia Mujair merupakan ikan yang dibudidayakan di kolam air tawar dan di tambak air payau. Di habitat aslinya, mujair banyak ditemukan hidup liar di berbagai perairan air tawar, mulai dari danau, waduk, situ, rawa maupun sungai. Selain itu, mujair juga dapat ditemukan di air payau seperti di tambak atau muara sungai. Kemampuan hidup di air payau tersebut sangat dimungkinkan karena mujair memiliki toleransi yang besar terhadap berbagai tingkat salinitas air. Bahkan, masuknya ikan ini ke Indonesia diduga terjadi melalui laut (Samudera. Hindia), kemudian masuk ke perairan payau di selatan Jawa (Blitar).
kalsifikasi
phylum :Chordate
subfilum : Vertebrata
kelas: Pisces
sub kelas: Acanthopterigii
ordo: Perciformes
family: Cichlidae .
genus: Oreochromis
species: Oreochromis mosambicus
Nama asing:mossambique tilapia
Nama Lokal: mujair, ikan jepang, jabir
Kebiasaan Makan
Mujair termasuk ikan pemakan segala (omnivore) yang memiliki sifat rakus terhadap pakan. Pakan utamanya adalah lumut-lumutan, tumbuhan air, serta serangga dan hewan kecil seperti cacing. Kebiasaan makan yang rakus menyebabkan panjang mujair dewasa bisa. mencapai maksimum 40 cm.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi,M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008

Jumat, 23 Oktober 2009

download e-book, budidaya ikan

BUDIDAYA IKAN HIAS.pdf

Rainbow (Melanotaenia maccullochi)

download. pdf



BUDIDAYA IKAN MUJAER.pdf

download.pdf



Budidaya teripang pasir

download.pdf



Awal daur hidup ikan

download.pdf




budidaya gabus malas





budidaya kerang hijau





tehnik produksi ikan nila jantan yy





kolam kan





budiaya ikan cobia





budidaya ikan bandeng





budidaya kerang abalon





beternak cupang





budidaya ikan guppy





budidaya nila merah





budidaya oskar





budidaya kakap putih





budidaya udang barong





maanvis





ikan patin





budidaya kerapu macan





penyakit ikan





kerapu batik





colisa labiosa





IKAN CUPANG





budidaya tiram mutiara





budidaya ikan hias krisbensis





morfologi ikan patin

Penanggulangan Hama dan Penyakit pada Lele Sangkuriang

Penanggulangan Hama dan Penyakit pada
Lele Sangkuriang

Sama seperti ikan lainnya, lele sangkuriang tidak terlepas dari ancaman hama dan penyakit. Penyakit yang menyerang lele sangkuriang umumnya disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang mendukung, misalnya kualitas air (terutama suhu) di bawah standar atau akibat stres karena penanganan yang salah sehingga ikan sakit. Sementara itu, hama yang biasa menyerang lele sangkuriang antara lain ular dan belut, sedangkan organisme patogen yang menyerang berupa Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp., dan Dactylogyrus sp.
Penanggulangan masuknya bibit hama dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air kolam, membersihkan pematang kolam, dan memasang plastik di sekeliling kolam. Penanggulangan organisme patogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan budi daya yang baik serta pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan. pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam secara baik. Jika perlu memperbaiki kondisi air kolam dengan menambahkan bahan probiotik.

Pengobatan ikan yang suclah terserang penyakit dapat dilakukan dengan memberikan obat yang sesuai dengan jenis penvakitnya. Adakalanya, penyakit yang menyerang akan menular. Untuk mencegah hal ini, ada beberapa langkah langkah penyelamatan yang dapat dilakukan sebagai berikut. :


- Segera menangkap dan memusnahkan ikan yang terserang penyakit.
- Segera memindahkan ikan yang kondisinya masih sehat ke kolam lain dan mendesinfeksinya. Mengurangi padat penebaran.
- Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air.
- Keringkan kolam yang telah terjangkit penyakit, lalu bersihkan dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organic. Setelah itu Lakukan pengapuran menggunakan kapur pertanian (CaO) dengan dosis 1 kg/5 m2. Pengeringan dilakukan sampai dasar kolam retak¬-retak dan penebaran kapur dilakukan secara merata, termasuk di bagian tanggul.
- Lakukan pengisian air baru ke dalam kolam secara periodik.
- Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit. Begitu juga dengan tangan kita, harus didesinfeksi dengan mencucinya di dalam larutan PK. Desinfeksi alat dilakukan dengan mencelupkan ke dalam larutan kalium permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).
- Berikan pakan yang bergizi tinggi dan tingkatkan daya tahan tubuh ikan dengan memberikan vitamin.

Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P. Agromedia Pustaka, 2008

Kamis, 22 Oktober 2009

Pemanenan Ikan Lele Sangkuriang

Pemanenan

Lele sangkuriang mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130 hari. Bobotnya sekitar 200-250 gram per ekor dengan panajang 15-20 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam, sehingga ikan berkumpul di kamalir. Penangkapan dilakukan menggunakan waring atau lambit. Penangkapan juga dapat dilakukan menggunakan potongan bambu bambu atau pipa paralon yang diletakkan di
air kolam, sehingga ikan akn masuk ke dalam potongan bambu atau pipa paralon saat air disurutkan.

Lele hasil tangkapan dikumpulkan di ayakan atau happa yang dipasang di kolam yang airnya terus mengalir. Hal ini dilakukan untuk mengistirahatkan sebelum diangku untuk dipasarkan. Pengangkutan dapat dilakukan menggunakan karamba, pikulan ikan, atau jerigen plastik yang lubang permukaannya telah diperbesar, dengan jumlah air sedikit.



sumber : Khairul Amri, Spi, MSi dan Khairuman, S.P, agromedia pustaka, 20008

Rabu, 21 Oktober 2009

Pemberian Pakan lele sangkuriang

Pemberian Pakan
Selain pakan alami, untuk rnempercepat pertumbuhan. Lele perlu diber pakan tambahan berupa pelet. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 2-5% per hari dari berat total benih yang tebar. Frekuensi pemberian pakan 3-4 Kali per hari. Komposisi pelet buatan dapat
berupa campuran dedak halus dan ikan rucah dengan perbandingan 1 : 9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, dan cincangan bekicot dengan perbandingan 2 : 1 : 1 : 1.
Sumber : Khairuman, Sp dan Khairul Amri, S.Pi, M.Si, Agromedia Pustaka, 2008

Senin, 19 Oktober 2009

Penebaran Benih Lele Sangkuriang

Penebaran Benih Lele Sangkuriang

Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disucihamakan (didesinfeksi) terlebih dahulu dengan merendamnya di dalam larutan PK atau KM5NO4 (kalium permanganat) dengan dosis 35 gram per-M2 selama 24 jam atau menggunakan formalin dengan dosis 25 mg per liter selama 5-10 menit. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasikan (perlakuan penyesuaian suhu) terlebih dahulu dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih yang diapungkan di atas permukaan air¬kolam. Benih yang sudah teraklimatisasi, dengan sendirinya akan keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju kolam. Ukuran benih yang ditebar 5-8 cm dengan padat tebar 35-50 ekor per m2.
Sumber : Khairul Amri, SPi,MSi dan Khairuman,Sp, Agromedia Pustaka, 2008

Minggu, 18 Oktober 2009

Persiapan kolam tanah (tradisional)

Persiapan kolam tanah (tradisional)

- Pengolahan Tanah Dasar
Pengolahan tanah dasar terdiri dari pencangkulan dan perataan. Setelah itu, dinding kolam diperkeras untuk mencegah kebocoran dan tanggul yang rusak diperbaiki.
- Pembuatan kamalir sebagai tempat berlindung ikan atau benih sekaligus mempermudah pemanenan.
- Penebaran Kapur Pertanian
pengapuran bertujuan untuk memberantas bibit hama, penyakit, serta memperbaiki kualitas dan menaikkan pH tanah. Dosis kapur ang diberikan sebanyak 20-200 gram/m2, tergantung pH awal tanah.


- Pemberian pupuk
Pemupukan dilakukan dengan pupuk kandang berupa kotoran ternak (kotoran ayam kering) yang dikombinasikan dengan pupuk buatan. Pupuk yang diberikan yaitu pupuk kandang sebanyak 500-700 gram/m2 , urea 15gram/m2, TSP 10 gram/m2 dan ZA (NH4NO3) 15 gram/M2.

- Pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air yang diberi saringan untuk mencegah kaburnya ikan.
- Pengisian air
Pengisian air dilakukan dengan menutup pintu pengeluaran dan membuka pintu pernasukan sehingga air mengalir dan menggenangi kolam setinggi 50-75 cm

- Penumbuhan pakan alami
Dilakukan dengan cara membiarkan kolam yang telah tergenang air selama 7 hari untuk merangsang tumbuhnya pakan alami berupa plankton.

Sumber : Khairuman, SP dan Khairul Amri, Spi, M.Si, Agromedia Pustaka, 2008

Jumat, 16 Oktober 2009

Teknis Budi Daya Lele sangkuriang

Teknis Budi Daya Lele sangkuriang

Budi daya lele sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian
1 - 800 m dpl. Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik. Artinya, dengan penggunaan teknologi yang memadai, terutama pengaturan suhu air, budi daya lele sangkuriang masih tetap dapat dilakukan di lahan yang memiliki ketinggian di atas 800 m dpl.
Namun jika budidaya dikembangkan dalam skala missal harus tetap memperhatikan tata ruang dan lingkungan sosial sekitarnya. Artinya, kawasan budi daya yang dikembangkan sejalan dengan kebijakan yang dilakukan pemerintah daerah setempat.

Pembudidayaan lele sangkuriang, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di kolam tanah, bak tembok, atau bak plastik. Budi daya di bak tembok dan bak plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya. Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau sumur dalam), atau air hujan yang sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter kualitas air yang balk untuk mernelihara lele sangkuriang adalah sebagai berikut.

- Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan berkisar 22-320 c. suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisms ikan dan nafsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air. pH air yang ideal berkisar 6-9. Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.
Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan adalah empat persegipanjang dengan ukuran 100-500 M2 dengan kedalaman kolam berldsar 1-1,5 m dan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Di bagian tengah dasar kolam dibuat parit (kamalir) yang memanjang dari pemasukan air ke pintu pengeluaran air (monik). Parit dibuat selebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15 cm.

Pintu pemasukan dan pengeluaran air sebaiknya dibuat berukuran 15-20 cm. Pintu pengeluaran dapat berupa monik atau siphon (sistem paralon). Monik terbuat dari semen atau tembok yang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian kotak dan pipa. pengeluaran. Di bagian kotak dipasang papan penyekat yang terdiri dari dua lapis, satu di antaranya diisi dengan tanah dan satu lapis saringan.

Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi air yang dikehendaki. Sedangkan pintu pengeluaran air yang berupa siphon dibuat lebih sederhana, yaitu hanya terdiri dari pipa paralon yang dipasang di dasar kolam di bawah pematang dengan bantuan pipa berbentuk 'L' mencuat ke atas sesuai dengan ketinggian air kolam.
Satu hal lagi, pintu pemasukan dan pengeluaran air harus dipasang saringan Untuk mencegah agar tidak ada ikan yang keluar.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P. Agromedia Pustaka, 2008

Dasar Kolam Ikan

Dasar Kolam
Setelah kolam jadi yang penting untuk diperhatikan adalah dasar kolam. Tanah bagian atas yang telah dikumpulkan saat permulaan pembangunan kolam, bisa dikembalikan ke dalam kolam. Akan lebih baik jika dasar kolam diolah terlebih dulu dengan dicangkul sedalam 10-15 cm, baru dicampurkan tanah humus. Lapisan lumpur dalam suatu kolam berguna untuk menahan air, selain itu juga berguna untuk menyediakan media yang nyaman bagi jasad renik perairan. Pada masa pemeliharaan ikan, dasar kolam ini harus selalu diolah. Antara lain dengan pupuk organik maupun pupuk buatan.
Selain harus berlumpur, pada dasar kolam ini juga harus dibuatkan saluran tengah (kemalir) yang menghubungkan antara pintu pemasukan air dan pintu pembuangan air. Kemalir ini dibutuhkan pada saat melakukan penangkapan ikan. Ikan akan berkumpul di kemalir karena bagian ini masih berair sementara bagian kolam yang lain sudah kering.
Dengan pemasukan air baru yang diimbangi dengan pengeluaran air maka kualitas air di kemalir akan terjaga. Ukuran kemalir yang ideal lebarnya ± 40 cm dengan kedalaman tidak kurang dari 20 cm.
sumber : Heru Susanto, Penebar Swadaya, 2009

Kamis, 15 Oktober 2009

Lele Sangkuriang

Lele Sangkuriang

Lele sangkuriang merupakan jenis lele hasil perbaikan genetik dari lele dumbo melalui cara silang batik antara induk betina lele dumbo generasi kedua (F2) dengan induk jantan lele dumbo generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang di-introduksi ke Indonesia pada tahun 1985, sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di BBPBAT Sukabumi. Induk dasar yang diseminasikan dihasilkan dari silang batik tahap kedua antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang batik tahap pertama (F2 x F6). Karena itu, perkawinan tersebut terjadi antara induk betina dengan anak laki-lakinya, maka keturunannya dinamakan lele "Sangkuriang", meniru legenda tentang kejadian yang sama di tanah Parahiyangan jawa Barat. Benih hasil induk lele sangkuriang hanya dapat digunakan untuk produksi ikan konsumsi dan tidak direkomendasikan untuk dijadikan induk kembali. Ini dilakukan untuk mempertahankan kualitas lele yang dihasilkan.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi , M.Si dan Khairuman, SP , AgroMedia Pustaka, 2008

Prospek Pasar Ikan lele Lokal

Prospek Pasar Ikan lele Lokal


Pasar merupakan tujuan akhir dari suatu usaha. Begitu juga yang terjadi pada budi daya lele lokal.
Tanpa adanya kepastian pasar, usaha budidaya tersebut tidak akan ada hasilnya.jika diperhatikan di pasaran, lele local
merupakan salah satu komoditi perikanan air tawar yang memiliki peluang pasar yang cukup menjanjikan. Dampak positif dari besarnya Peluang pasar ini mendorong petani untuk merubah pola usahanya dari usaha sampingan menjadi usaha pokok.

Dengan mengetahui pola kegiatan produksi sebagaimana tersebut di atas, pembudidaya dapat menentukan kegiatan budi daya mana yang cocok untuk dilakukan. Apakah hanya akan mengambil satu kegiatan, misalnya kegiatan pembenihan, kegiatan pendederan, kegiatan pembesaran, atau bias juga ketiga-tiganya sekaligus. Penentuan pelaksanaan kegiatan budi sangat tergantung dari beberapa factor seperti tersedianya lahan usaha, modal, tenaga kerja, dan pertimbangan daya serap pasar.

Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008

Teknologi Budi Daya Ikan Lele Lokal

Teknologi Budi Daya

Semakin meningkatnya permintaan konsumen akan lele lokal, membuat buat para peternak (sebagai produsen) terpacu untuk mem produksi dalam jumlah besar. Keadaan ini memicu terjadinya perubahan pola pembudidayaan dari cara sederhana ke cara yang lebih maju. Saat ini, seiring dengan bertambahnya pengetahuan petani, pembudidayaan lele lokal sudah dilakukan secara lebih intensif di kolam khusus budi daya. Keadaan ini sudah sangat berbeda dengan masa sebelumnya. Dahulu, pembudidayaan lele lokal masih dilakukan di kolam pekarangan tanpa memerhatikan perbandingan antara padat penebaran dengan luas kolam, sehingga pemanfaatan kolam dan pakan menjadi tidak optimal.

Ada tiga kegiatan pokok dalam budidaya lele lokal, Ketiga kegiatan pokok tersebut adalah pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Kegiatan pembenihan adalah proses pemijahan atau mengawinkan induk lele jantan dengan betina hingga menghasilkan benih atau larva berukuran 1 —3 cm. Kegiatan pembenihan dapat dilakukan di dalam ruang tertutup atau terbuka seperti di bagian samping atau belakang rumah.

Kegiatan pokok dalam pembenihan lele lokal mencakup pemeliharaan induk siap pijah, pemijahan (baik yang dilakukan secara alami atau dengan kawin suntik (induced breeding)), penetasan telur, dan perawatan larva. Selama pemijahan, induk lele lokal diberi pakan pelet sebanyak 3-5% per hari dari bobot total induk yang dipelihara. Pemberian pakan dilakukan 2-3 kali sehari pada pagi, sore, dan malam hari.

Sementara itu, larva lele lokal yang baru menetas belum diberi
pakan tambahan, karena cadangan makanan di dalam tubuhnya berupa
kuning telur masih ada. Pada hari ke-4 setelah menetas, benih diberi
pakan tambahan berupa pakan alami atau paka hidup (plankton). Salah
satunya adalah Daphnia sp. Atau bisa diberi cacing sutera. Pemberian pakan dilakukan sesuai dengan kebutuhan (sekenyangnya) sebanyak 2 Kali sehari, pada pagi atau sore dan malam hari.

Kegiatan pendederan adalah pemeliharaan benih yang berasal dari hasil pemijahan. pendederan dilakukan dalam dua tahap, yaitu pendederan I dan pendederan II. Setiap pendederan memerlukan waktu pemeliharaan selama 3 minggu. Benih yang dihasilkan mencapai ukuran 3-5 cm (pendederan 1) atau 5-8 cm (pendederan II).Dengan kata lain, pendederan merupakan Kegiatan penyiapan benih untuk dibesarkan di kolam pembesaran. pendederan ini dapat dilakukan di kolam tembok, kolam tanah, atau jaring apung. Kegiatan pendederan meliputi persiapan kolam, penebaran benih, pemberian pakan, pengontrolan, pengendalian hama dan penyakit, serta pemanenan hasil.

pada pendederan I, benih diberi pakan berupa pakan dalam bentuk tepung sebanyak 3-5% dari berat total lele loka; yang dipelihara pemberian pakan dilakukan 3 Kali sehari, pada pagi, sore dan malam hari.

Pada pendederan II benih diberi pakan berupa crumble (pelet hancuran) sebanyak 3-5% dari berat total lele yang clipelihara. Pemberian pakan dilakukan 3 Kali sehari pada pagi, sore dan malam hari. Sebaiknya pemberian pakan dilakulcm dengan cara disebar merata agar semua benih mendapatkan kesempatan yang sama untuk memperoleh pakan.

Kegiatan pembesaran adalah pemeliharaan benih yang berasal dari kegiatan pendederan. pembesaran lele Iokal dapat dilakukan di kolam tanah, kolam tembok, atau di jarring apung. Kegiatan pembesaran dilakukan selama 3 bulan hingga lele mencapai ukuran yang siap dipasarkan ke konsumen, yaitu 6 - 12 ekor per kg.


Selain pakan alami, untuk mempercepat pertumbuhan, lele lokal diberi pakan pelet sebanyak 2-5% per hari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam. pemberian pakan dilakukan 3-4 Kali per hari pada pagi, Siang, sore, dan malam hari. Komposisi pelet dapat dibuat dari campuran dedak halus dan ikan rucah dengan perbandingan 1 : 9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2 : 1 : 1 : 1.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008

Rabu, 14 Oktober 2009

Kebiasaan Hidup Ikan Lele Lokal

Kebiasaan Hidup Ikan Lele Lokal

Makanan alami ikan lele lokal adalah binatang renik seperti kutu air golongan daphnia, cladocera, dan copepoda. Selain itu, juga memakan berbagai jenis cacing, larva jentik nyamuk, atau siput kecil. Selain bersifat pemakan daging (carnivore), lele lokal yang dipelihara di kolam juga memakan sisa-sisa makanan yang membusuk yang berasal dari limbah rumah tangga atau limbah dapur. Saat dibudidayakan, ikan ini dapat diberi pakan limbah peternakan, seperti bangkai ayam dan bangkai ikan, atau diberi pakan buatan seperti pelet.
Di habitat aslinya, lele lokal lebih senang bersembunyi di dalam lubang-lubang yang terdapat di perairan tempatnya hidup. Selain sebagai tempat bersembunyi, lubang tersebut juga dimanfaatkan sebagai tempat bertelur. Ikan ini juga terkenal menyukai air baru, sehingga di kolam pemeliharaan sering terlihat bergerombol di dekat saluran pemasukan air. Sifat inilah yang membuat lele lokal sering meloncat atau kabur saat air kolam pemeliharaan meluap akibat hujan deras.Tanggul kolam yang tinggi tidak menjadi halangan bagi ikan ini karena dapat "memanjat" dengan bantuan patilnya. Karena itu, tanggul kolam pemeliharaan sebaiknya dirancang sedemikian rupa agar lele lokal tidak mudah melarikan diri.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008

Senin, 12 Oktober 2009

Cara pembuatan pematang kolam ikan

Cara pembuatan pematang kolam ikan

Untuk mendapatkan pematang yang kokoh, tanah yang akan dijadikan pematang harus tanah yang homogen dan bebas dari sampah seperti kayu, dedaunan, batu-batuan, dan lain-lain.















Teknik pembuatan pematang yang baik merupakan perpaduan antara kegiatan menggali dan menimbun supaya tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga clan biaya. sebagai contoh, untuk membuat pernatang kolam dengan ketinggian 1 m apabila hanya dari timbunan tanah saja maka biaya untuk mengangkut tanah akan besar. Selain itu, pada saat musim kemarau kemungkinan kolam tidak bisa diairi karena letaknya terlalu tinggi. Begitupun kalau pernatang kolam dibuat dari penggalian tanah, selain harus dikeluarkan biaya yang besar untuk membuang tanah, juga akan menyulitkan pada saat pengeringan kolam karena letaknya yang terlalu rendah.
Jadi jelas bahwa pembuatan pematang kolam dengan mema¬dukan kegiatan menggali dan menimbun lebih menguntungkan karena lebih menghemat tenaga dan biaya. Selain itu, kolam yang didapat nantinya akan memenuhi persyaratan teknis, yaitu mudah dikeringkan dan diisi air. Pada musim kemarau tidak mengalami kekeringan tetapi tidak kebanjiran pada saat musim hujan.
Langkah-langkah pembuatan pematang sebagai berikut.
1. Tanah yang akan dipergunakan untuk lokasi perkolaman harus¬lah dibersihkan dari rumput, batuan dan segala macam kotoran organik maupun anorganik.
2. Pemasangan propil yaitu rangka bambu untuk mempermudah pembuatan bentuk pematang yang dikehendaki.
3. Tanah bagian atas setebal 15-20 cm yang biasanya merupakan lapisan humus digali dan dikumpulkan di suatu tempat. Ini dimaksudkan agar lapisan tanah yang subur dapat dipergunakan sebagai dasar kolam nantinya. Lagipula apabila tanah digali biasanya lapisan tanah yang subur ini justru akan menyebabkan kebocoran kolam apabila ikut tertimbun sebagai pernatang.
4. Supaya lebih memberikan jaminan kekuatan kolam, alangkah baiknya di tanah yang akan dijadikan pematang dibuat galian dengan kedalaman 50 cm dan lebar 50 cm sebagai poros atau sumbu pematang.
5. Kemudian ditimbun tanah baru dari hasil penggalian tanah yang akan dijadikan kolam. Agar tanah tidak longsor maka bagian atas pernatang sebaiknya ditanarni rumput.










Penggalian tanah tidak boleh sembarangan, usahakan selisih ketinggian tanah dasar kolam antara pintu pemasukan dan pintu pengeluaran berkisar antara 20-30 cm. Hal ini bertujuan agar tidak menyulitkan dalam pembuangan air. Apabila tanah yang akan digali untuk membuat pematang kurang mencukupi maka perlu dicarikan tanah lain yang memenuhi syarat. Namun apabila tanah tersebut berlebih maka harus dibuang ke tempat lain agar tidak mengganggu.

Penimbunan juga tidak boleh dilakukan sembarangan. Pada waktu penimbunan sebaiknya tanah tidak di injak-injak karena pemadatan tanah yang tidak rata akan mengakibatkan tanah pematang tidak kompak. Selain itu, kotoran organik maupun anorganik seperti batu, sampah, kayu dan lain-lain harus dibuang. Kolam sebaiknya dikerjakan pada waktu awal atau mendekati akhir musim penghujan.

Karena tanah sering mengalami penyusutan maka tinggi timbunan perlu ditambahkan 10% dari ketinggian yang dikehendaki. Setelah pematang jadi, tanah humus yang subur yang dikumpulkan tadi harus dikembalikan ke kolam. Jangan langsung memasukkan air pada kolam yang sudah jadi, tetapi tunggu beberapa waktu sampai











pematang menjadi kompak. Pemasukan air juga harus bertahap, tidak sekaligus. Sedangkan untuk menjaga agar tanah pematang tidak longsor, pada bagian atas dan sisi pematang dilapisi dengan lempengan rumput.
sumber : Heru Susanto, Penebar Swadaya, 2009

Minggu, 11 Oktober 2009

syarat Hidup Ikan Lele Lokal

syarat Hidup Ikan Lele Lokal

Lele lokal hidup di perairan air tawar. Ikan ini dapat hidup di daerah dataran rendah hingga daerah dataran tinggi, hingga mencapai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Lebih dari ketinggian 700 m dpl, pertumbuhannya agak lambat atau kurang baik. Karena memiliki alat pernapasan yang memungkinkan untuk mengambil oksigen langsung dari udara bebas, lele lokal dapat dipelihara di perairan yang memiliki kandungan oksigen rendah, seperti di comberan atau kolam penampungan air limbah rumah tangga. Ikan ini juga cukup tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organic.

Kualitas Air yang Memenuhi Persyaratan untuk Usaha Pembenihan ikan Lele (Clarias batrachus Linn.)

Air tanah (untuk pemijahan dan pemeliharaan benih)
- Suhu 25-32° C
- Padatan tersuspensi Maksimum 400 mg/l
- Kekeruhan Maksimum 50 NTU
- Oksigen terlarut Maksimum 5 mg/l
- Karbondioksida Maksimum 12 mg/l
- pH 6,5-8,5
- Amonia total Maksimum 1 mg/l total ammonia
- Nitrit Maksimum 0,1 mg/l
- Alkalinitas Minimum 0,1 mg/l
- Kesadahan total Minimum 20 mg/l CaCO 3



Air permukaan (untuk kegiatan pemeliharaan calon induk dan induk)
- Suhu 26-320C
- Padatan tersuspensi Maksimum 600 mg/I
- Kekeruhan Maksimum 250 NTU
- Oksigen terlarut Maksimum 5 mg/l
- Karbondioksida Maksimum 12 mg/l
- pH 6,5 8.5
- Amonia total maksimum 1 mg/l total ammonia
- Nitrit maksimum 0,2 mg/l
- Alkalinitas minimum 50 mg/l CaCO,

Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008

Rabu, 07 Oktober 2009

Pematang Kolam

Pematang Kolam
Pematang yang baik adalah yang bisa menahan massa air yang besar dengan sedikit kebocoran. Bocoran atau rembesan air dalam

kolam ini kebanyakan secara horizontal melalui pematang yang struktur tanahnya tidak kompak.
Karena tekanan air dalam kolam terhadap pematang atas dan bawah memiliki besar yang berlainan maka pematang kolam biasanya berbentuk trapesium dengan bagian lebar berada di bawah dan yang sempit berada di atas. Dengan demikian, diharapkan pematang tersebut kokoh sehingga bisa mencegah adanya kebocoran yang tidak diinginkan.
Sudut kemiringan kaki pematang tidak lebih dari 45 derajat. Sebenarnya lebih stabil dengan kemiringan 30 derajat, namun pada kemiringan tersebut akan mengurangi luas kolam yang terisi air (volume kolam).
Cara menentukan kemiringan pematang kolam, juga bisa dilakukan dengan perbandingan 1 : 1 untuk bagian luar, sedangkan untuk bagian dalam kolam perbandingannya 1 : 1,5 atau 1 : 1,75.

Lebar pematang bagian atas untuk kolam seluas 200 m2 minimal 1 m, sedangkan untuk kolam dengan luas lebih dari 200M2 harus lebih dari 1 m.




Ada juga yang membuat kolam dengan bentuk pematang trapesium sama kaki dengan kemiringan 1 : 1, dengan ukuran sisi atas 1-1,5 m dan tinggi 1-1,5 m. sedangkan dasar pematang 3-4,5 m, tergantung dari keperluan dan situasi tempat. Pematang yang tingginya lebih dari 1 m sebaiknya diberi anak pematang (berm) sebagai penguat.
Sumber : Heru Susanto, Penebar Swadaya, 2009

Selasa, 06 Oktober 2009

membuat kolam ikan

suatu kolam pemeliharaan ikan yang baik, harus mempunyai unsur sebagai berikut.

a. Luas tiap petak kolam berkisar antara 100-1000 m2
b- Kedalaman air antara 50-150 cm.
C, Pemasukan air langsung dari sumber yang belum terpolusi dan harus ada cadangan pintu pemasukan air.
Pengeluaran air harus langsung ke saluran pembuangan.
Tekstur tanah yang baik untuk dijadikan pematang adalah yang tidak porous dan tidak mudah longsor.
Lebar pematang antara 1-2 m.
Bentuk kolam yang ideal persegi panjang.
Air yang masuk ke dalam kolam harus jernih atau sudah melewati bak pengendapan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu kolam yang baik harus mempunyai konstruksi sebagai berikut: ada saluran pemasukan dan pengeluaran, ada pintu pemasukan dan pengeluaran air, pematang yang kokoh dengan lebar antara 1-2 meter, dan kedalaman kolam maupun air harus cukup 50-150 Cm.
sumber : Heru Susanto, Penebar Swadaya, 2009

Senin, 05 Oktober 2009

Perencanaan Pembangunan Perkolaman

Perencanaan Pembangunan Perkolaman

Langkah perencanaan ini sangat penting karena berhasil tidaknya pembangunan suatu unit perkolaman ditentukan oleh benar tidaknya suatu perencanaan.
Perencanaan sebaiknya dipersiapkan dengan matang. Peren¬canaan ini harus berdasarkan data yang diperoleh ketika melakukan survey ke lokasi sehingga data tersebut merupakan data yang aktual dan objektif. Dasar perencanaan pembangunan unit perkolaman harus rasional dan tidak berlebihan. Jangan memaksakan untuk membuat suatu unit perkolaman jika lokasi yang dipilih kurang memenuhi syarat.
Berdasarkan pengalaman, penulis banyak menemukan kenyataan dimana biasanya orang yang mempunyai tanah ingin membuat kolam (satu unit perkolaman) tanpa mengindahkan persyaratan yang harus dipenuhi. Sedangkan idealnya, lokasi untuk membangun kolam (unit perkolaman) harus sesuai standard yang telah ditentukan. Ini penting jika keinginan untuk membangun unit perkolaman tersebut adalah untuk tujuan bisnis.
Hasil survei sebaiknya diwujudkan dalam bentuk gambar (peta lokasi) sehingga memudahkan perencanaan. Kemudian selanjutnya dibuat rencana bangunan yang terdiri dari : rencana gambar dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).


1. Rencana gambar
Rencana gambar meliputi
• Peta situasi, menunjukkan letak kompleks perkolaman secara keseluruhan.
• Denah, hampir sama dengan peta situasi tetapi skalanya dibuat lebih besar.
Di dalam denah diperlihatkan juga tata letak kolam, saluran pemasukan air, saluran pengeluaran air, bendungan, dan lain-lain. Konstruksi kolam sendiri meliputi pematang kolam, saluran tengah, pintu pemasukan air, dan pintu pengeluaran air. Konstruksi saluran air terdiri dari saluran pemasukan dan saluran pembuangan air. Tak ketinggalan juga konstruksi bak pengendapan, bak filter dan bangunan lainnya.
2. Rencana anggaran biaya
Banyak biaya yang harus diperhitungkan dalam pembuatan unit perkolaman, meliputi biaya penggalian tanah, perapian tanah, penembokan pematang, saluran air. Selain itu juga diperlukan biaya untuk survey, biaya tenaga pengawas bangunan dan pengawas teknis. Biaya yang terakhir ini diperlukan apabila pembangunan kolam nantinya tidak bisa ditangani langsung oleh pemilik kolam.
Sumber : Heru Susanto, Penebar Swadaya, 2009

Minggu, 04 Oktober 2009

Kondisi Air untuk Kolam Ikan

Kondisi air untuk Kolam

Air merupakan faktor utama dalam usaha budidaya ikan. Tanpa adanya air yang cukup dengan kualitas baik maka usaha budidaya ikan akan mengalami berbagai hambatan. Hal yang mutlak diperhatikan dalam kaitannya dengan masalah kondisi air untuk areal perkolaman adalah sebagai berikut.
a. Sumber air
Sebenarnya ada empat macam sumber air untuk pengairan, yaitu air hujan (precipitation), air embun (dew), air permukaan (surface water), dan air tanah (ground water).
Air permukaan merupakan sumber air pengairan yang banyak di Indonesia, terutama di Jawa, yaitu berupa sungai dan waduk.
Sungai baik digunakan untuk sumber air budi daya ikan karena umumnya banyak mengandung unsur hara yang berguna bagi pertumbuhan makanan alami ikan. Namun, perlu diingat biasanya air sungai banyak mengandung waled (endapan lumpur) sehingga memerlukan bak pengendapan dan bak filter sebelum digunakan. Hal ini untuk mencegah pendangkalan kolam yang terlalu singkat.
Waduk atau bendungan sebagai sumber air budi daya ikan sangat baik sebab debit airnya relatif stabil. Air waduk biasanya jernih karena zat yang dikandungnya telah mengendap, baik waled maupun unsur hara yang tidak larut.
Air tanah yang baik untuk sumber air budi daya ikan biasanya yang telah keluar di permukaan tanah. Jika antara sumber air tanah dengan letak unit perkolaman terpisah maka air harus dialirkan melalui saluran terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk memper¬baiki kualitas air tanah tersebut karena biasanya air yang barn keluar dari tanah miskin unsur hara dan pH-nya rendah.
b. Kualitas air
Untuk mengetahui kualitas air, tidak cukup hanya dilihat dari sumbernya. Namun, kita harus mengadakan berbagai tes untuk mengetahui sifat fisik, kimia, dan biologi dari air tersebut.


sifat fisik air
• Kekeruhan air 25-400 NTU (Nephelometric Turbidity Units) Semakin banyak padatan tersuspensi dalam air, air terlihat semain kotor dan semakin tinggi nilai NTU.
Muatan suspensi 25-400 ppm.
Kecerahan lebih besar dari 10% penetrasi cahaya sampai dasar perairan
Sifat kimiawi air
• Suhu air mempunyai pengaruh besar terhadap proses pertukaran zat (metabolisme) dari mahkluk hidup. Di samping itu, suhu juga berpengaruh terhadap proses pertukaran zat dan mempunyai pengaruh besar terhadap jumlah oksigen yang larut di dalam air. Pada suhu tinggi air akan lebih lekas kenyang oksigen daripada kalau suhunya rendah. Suhu air yang ideal untuk kolam ikan berkisar antara 25-300 C.
• Keasaman atau pH air merupakan indikasi atau tanda kalau air
bersifat asam, basa (alkali), atau netral. Keasaman sangat menen
tukan kualitas air karena sangat menentukan proses kimiawi air. Air
sumur atau air tanah umumnya agak asam karena mengandung


gambar









banyak karbonat (CO). Jika sudah berhubungan dengan dengan udara, oksigen akan larut dan gas lain akan menguap sehingga pH akan menjadi sedikit netral. Keasaman air yang dikehendaki untuk kolam berkisar 4-9, optimum 6,7-8,6.

• Kekerasan air (hardness)
Kekerasan air (degree of hardness/dH) dipengaruhi oleh banyaknya mineral dalam air yang berasal dari batuan dalam tanah, baik dalam bentuk ion maupun ikatan molekul. Derajat kekerasan air biasanya dinyatakan dengan odH (degree of Hardness).
• Oksigen digunakan oleh ikan untuk pernapasan. Kandungan 02 yang berkurang di dalam air akan mengganggu aktivitas ikan. Kandungan O2 optimum 5-6 ppm, minimal 2 ppm (mg/l).

• Karbondioksida merupakan hasil buangan dari proses pernapasan ikan dan makhluk hidup lainnya di dalam air. Karbondioksida ini di dalam air dapat berada dalam bentuk bebas dan terikat. Dalam jumlah tertentu karbondioksida merupakan racun bagi ikan. Kandungan Karbondioksida (CO2 )terlarut maksimum 25 ppm.
• Kandungan N dan NH kurang dari 1,5 ppm
• Kandungan H2S toxio maksimum 1 ppm
• Phospat lebih kecil dari 0,02 ppm
• Cadmium (Cd) lebih kecil dari 0,02 ppm
• Plumbum (Pb) lebih kecil dari 0,02 ppm

Sifat biologi air
Sifat biologi air yang paling penting untuk diperhatikan adalah jasad yang hidup di perairan tersebut, baik hewan atau tumbuhan tingkat tinggi maupun jasad renik. Material biologi yang umumnya terdapat dalam media air adalah plankton, jamur, dan bakteri. Plankton yang ada di dalam air terdiri dari dua jenis, yaitu zooplankton dan fitoplankton. Secara tidak langsung kita bisa menilai kesuburan air dengan memperhatikan makhluk hidup yang ada di perairan tersebut. Suatu perairan akan semakin subur jika makhluk hidup yang ditemukan semakin beraneka ragam jenisnya.


c. Kuantitas air
Selain mutu air yang harus baik, jumlahnya pun harus mencukupi untuk mengairi seluruh areal perkolaman. Jika jumlah air tidak mencu¬kupi maka kegiatan budi daya ikan akan terhambat.
Debit air yang baik tidak kurang dari 10-15 I/dt/ha. Namun, apabila sumber airnya dari sungai maka debitnya tidak tetap karena tergantung musim. Jlka debit air besar pada waktu musim hujan maka harus dibuat saluran pengendali banjir. Jika debit air kurang dari standar tersebut di atas maka harus diusahakan pengaturan air yang seefisien mungkin.
d. Kontinuitas air
Persediaan air untuk budi daya ikan harus sepanjang tahun. Pada saat persediaan air berkurang maka harus diusahakan seluruh kolam pemeliharaan sudah terisi. Dengan demikian, kebutuhan air tidak terlalu banyak karena kebutuhan air hanya untuk mengganti air yang menguap atau hilang karena bocor.
e. saluran pengangkut air
Jauhnya sumber air dari unit perkolaman menyebabkan air harus melalui berbagai saluran pengangkut air, misalnya jembatan air (flum eloquoduct), terowongan (tunnnel), bangunan terjun (drop structure), saluran miring/seropotan (chute), terowongan bawah (syphon), dan bangunan bagi. Pengetahuan tentang saluran pengangkut air bisa dijadikan pedoman ketika debit air mengecil, dengan melakukan usaha sebagai berikut.
• Memperbaiki kebocoran saluran pengangkut air yang biasanya banyak terjadi pada jembatan air (aquaduct) dan saluran miring (chute). Selain itu, juga banyak terjadi pada saluran pengangkut air yang menggunakan tanggul atau pematang.
• Membuka bendungan pada bangunan bagi yang menuju unit perkolaman dan membendung air yang bebas tanpa rnerugikan pihak lain (mernbendung secukupnya, tidak berlebihan).
• Membuat bendungan sederhana untuk menaikkan permukaan air. Biasanya dilakukan pada saluran cabang yang tidak terdapat bangunan bagi atau pengatur air lainnya.



f. Bendungan air
Banyak bendungan air yang dapat dibangun secara sederhana untuk meninggikan permukaaan air saluran sehingga debit air yang masuk ke dalam unit perkolaman cukup besar.
1) Bendungan sederhana
Dibuat dengan jalan menumpuk batu besar pada dasar sungai. Bahan yang digunakan diperoleh dari sekitar saluran. Bendungan ini bisa menaikkan air hingga ketinggian 1 m, namun harus sering diganti dan diperbaiki. Bendungan sederhana cocok dibuat pada saluran atau sungai kecil.
2) Bendungan patok
Hampir sama dengan bendungan sederhana, bedanya ben¬dungan ini diberi patok bumbu atau kayu pada dasar sungai dan diberi anyaman bambu untuk menahan batu yang disusun melin¬tang di dasar sungai. Tinggi bendungan ini sebaiknya tidak melebihi 1 m. Bendungan ini lebih kuat dari bendungan sederhana.
3) Bendungan peti batu
Bendungan ini dibuat dengan jalan menyusun batang kelapa secara melintang dan membujur pada dasar sungai. Tumpukan batang kelapa ini membentuk peti sederhana yang diisi batu di dalamnya. Untuk memperkuat daya tahan peti terhadap tekanan air yang kuat, pada setiap sudut peti di pasang batang besi yang ditusukkan dalam batang kelapa dan menembus dasar sungai atau saluran. Selain itu, biasanya diisi ijuk untuk mengurangi kebocoran air. Bendungan semacam ini bisa menaikkan air hingga 1,5 m.
4) Bendungan sederhana dengan pengatur
Bendungan untuk menaikkan permukaan air. Dibangun pada saluran cabang yang tidak ada bangunan bagi. Bendungan ini pada prinsipnya sama dengan bendung sederhana, hanya pada
bendung ini dilengkapi dengan lapisan ijuk dan pipa pengatur ketinggian air. Ijuk dimaksudkan untuk mengurangi sekecil mungkin kebocoran yang disebabkan kepiting atau aliran air yang terlalu deras. Sedangkan pipa pengatur bertujuan untuk menghindari meluapnya air saluran. Pipa ini bisa dibuat dari pipa pralon inchi atau bambu.
Hal yang harus diingat pada saat pembuatan bendungan sederhana ini adalah tinggi air pada saluran yang tertinggi. Untuk menghindari meluapnya air yang biasa terjadi saat musim hujan, biasanya bendungan dibuat 1/2 atau 2/3 dari tinggi saluran air. sehingga pada saat banjir tidak meluap ke saluran.
Sumber : Heru Susanto, Penebar Swadaya, 2009

Kamis, 01 Oktober 2009

Ikan Lele Lokal

Lele Lokal
Lele lokal merupakan ikan asli perairan Indonesia. Istilah local digunakan untuk membedakannya dengan ikan lele jenis lain, terutama lele Jumbo. Namun demikian,ada juga sebagian orang yang menyebutnya dengan sebutan lele saja. Sesuai dengan namanya, ikan lele lokal sudah sejak lama menjadi penghuni perairan air tawar di berbagai daerah di tanah air.
Sebagai ikan asli perairan Indonesia, tentu saja ikan ini sudah sangat populer di kalangan masyarakat. Bahkan,setiap daerah memiliki panggilan tersendiri untuk menyebut namanya. Saat ini, kegiatan pembudidayaan lele lokal tampak semakin banyak dan berkembang pesat.Hal ini didukung oleh aspek teknis pembudidayaannya yang menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik, sehingga semakin mudah diterapkan. Selain itu, di pasaran lele ukuran konsumsi, memiliki konsumen fanatik dalam jumlah yang tidak kecil.

Dari segi rasa dagingnya, setiap orang dengan begitu mudah dapat membedakan rasa daging lele lokal dengan rasa daging yang bukan lele loka, Selain enak dan gurih, daging lele lokal juga memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dibandingkan dengan daging ikan-ikan air tawar lain. Karena itu, tidak mengherankan jika banyak rumah makan dan restoran yang menyajikan ikan lele sebagai menu utama. Bahkan lele yang dijual dalam bentuk "pecel lele" sudah sangat banyak disajikan di warung-warung nasi di pinggir jalan. Selain digoreng, lele lokal juga dapat diolah dengan cara dipepes, digoreng, atau di buat "asam pedas" ala rumah makan padang.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P. Agromedia Pustaka, 2008