Sabtu, 17 April 2010

Famili : Anguillidae


Famili : Anguillidae

Nama Indonesia : Sidat
Nama Ilmiah/latin : Anguilla spp.
Nama Inggris : Eels


Deskripsi :
1. Bentuknya panjang, lurus dengan sirip punggung yang panjang dan menyatu dengan sirip ekor dan kemudian bersambung
dengan sirip dubur (anal fin)
2. Umumnya ikan betina lebih besar daripada ikan jantan
3. Bersipat predator dan merupakan ikan ekonomis penting
4. Ikan dewasa kebanyakan hidup di air tawar tetapi kembali ke laut untuk memijah
5. Kebanyakan hidup di sungai-sungai yang bermuara ke laut yang dalam

daerah penyebaran : sungai-sungai di sumatera, pesisir selatan jawa, pesisir timur kalimantan dan sulawesi.

sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005

Ikan air tawar - Anabantidae




Famili : Anabantidae

Nama Indonesia : Betok, Betik, bato, harfan, puyu, pepuyu, papuyu,puyo-puyo, oseng, kusa, kasang, hoseng, useng
Nama Ilmiah/latin : Anabas testudineus (bloch, 1792)
Nama Inggris : Climbing perches

Deskripsi :
- bentk badan agak lonjong dan berwarna hijau kehitaman
- mempunyai organ nafas tambahan sehingga mampu hidup di habitat lumpur atau airnya sangat sedikit dimana jenis
ikan lain sudah tidak dapat hidup.
- kemampuannya untuk (seperti) berjalan didukung oleh gerakan ekornya, sirip dada dan tutup insangyang keras
- bersipat predator dan hama di kolam budidaya.

Dearah penyebaran : sungai, rawa, danau

sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005

Jumat, 16 April 2010

predator benih ikan - Kodok

KODOK

Kodok (frog) merupakan hewan amfibi bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak bungkuk, berkaki empat dan tak berekor (anura: a tidak, ura ekor). Untuk membedakannya dengan katak, kodok umumnya berkulit halus, lembab, dengan kaki belakang yang panjang. Sebaliknya, katak berkulit kasar berbintil-bintil sampai berbingkul-bingkul, kerap kali kering, dan kaki belakangnya pendek, sehingga kebanyakan katak kurang pandai melompat jauh. Sementara kodok melompat cukup jauh.
Kodok dengan nama species Rana sp. memiliki banyak nama lokal, misalnya bangkong (Sunda), koncek (Sumatera Barat), dan tohuk (Sumatera Utara) serta beberapa nama lainnya.

Kodok yang banyak menjadi hama atau predator benih ikan adalah jenis kodok kolam yang hidup di sekitar kolam, saluran air dan sungai; kodok kongkang gading di kolam dan telaga; kodok hijau di sawah-sawah; dan kodok tegalan di sawah dan tegalan.
Sebagian besar masyarakat sudah mengenal kodok, dengan ciri-ciri bentuk luar badannya antara lain:

1) Kaki 1 pasang, terdiri dari 2 lipatan siku, yaitu paha, paha kecil, tulang kering serta telapak dan jari.
2) Memiliki 5 jari kaki yang dilengkapi kulit tipis seperti jari-jari itik yang berguna untuk berenang. Jari keempat lebih panjang dibanding jari-jari lainnya.
3) Tangan 1 pasang, terdiri dari 1 lipatan siku, yaitu lengan dan pergelangan serta telapak dan jari.
4) Memiliki 4 jari tangan, tapi tanpa kulit tipis seperti pada jari-jari kakinya. Ibu jari memiliki kuku dan jari-jari lainnya memiliki alat perekat seperti jari-jari cecak yang berfungsi untuk memudahkannya meniti di kayu atau benda lainnya.
5) Perbandingan ukuran badan, yaitu panjang dan lebar, kira-kira 4 : 1.
6) Memiliki mulut yang lebar dan kepala berbentuk segitiga meruncing ke depan atau ke ujung mulutnya.
7) Kodok tidak jelas terlihat memiliki gigi; makanan biasanya langsung ditelan.
8) Memiliki sepasang mata berukuran sedang dan posisinya di kepala, mirip dua gundukan di kiri-kanan kepalanya.
9) Badannya berkulit licin, warna pada punggung gelap dan pada bagian perut lebih terang.
10) Tubuh kodok hijau dan kodok cokelat semakin mengecil ke arah anus. Jenis kodok macan memiliki warna loreng mirip tanah liat dan di bagian punggungnya terdapat tonjolan mirip punggung onta.


Adapun sifat-sifat biologis kodok adalah sebagai berikut :
1) Menghabiskan masa hidupnya di dalam air sejak dari telur hingga menjadi kecebong, lalu tumbuh kaki, selanjutnya tumbuh tangan dan menjadi katak muda. Kehidupan selanjutnya lebih banyak di darat meskipun sekali-kali ia masih mampu berada di dalam air.
2) Memiliki kemampuan berenang dan melompat secara sempurna yang didukung oleh bentuk morfologi kaki, tangan, dan jari-jarinya. Suka bersembunyi pada rumput-rumputan atau lobang-lobang pematang kolam atau
bertengger pada benda apa saja yang bisa ia naiki untuk mengintai mangsanya.
Memangsa benih ikan dengan cara menyergap secepat kilat dengan memanfaatkan mulutnya
yang lebar. Tangannya jarang berfungsi untuk memegang benih yang baru dicaploknya.
Memiliki sifat menyendiri dan tidak memiliki
sifat membunuh atau memakan sesama jenis.
6) Suka menyambar serangga yang beterbangan
di sekitarnya, baik yang di permukaan tanah maupun di udara. Lebih sering aktif pada malam hari (nokturnal).

Kodok mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air, di sarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Sekali bertelur bisa menghasilkan 5.000-20.000 butir—tergantung kualitas induk dan berlangsung tiga kali dalam setahun.

Telur-telur kodok menetas menjadi berudu atau kecebong (tadpole), yang bertubuh mirip ikan gendut, bernapas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air. Perlahanlahan kaki belakang tumbuh, yang kemudian diikuti dengan kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya insang dengan paru-paru. Setelah itu, berudu ini akan melompat ke darat sebagai kodok kecil.
Kodok kawin pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat bulan mati atau menjelang hujan. Pada saat itu kodok-kodok jantan akan berbunyi untuk memanggil sang betina, dari tepian atau tengah perairan. beberapa jenis, kerap membentuk 'grup nyanyi', di mana beberapa hewan jantan berkumpul berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan.

Suara keras kodok dihasilkan oleh kantung suara yang terletak di sekitar lehernya, yang akan menggembung besar manakala digunakan.
Pembuahan pada kodok dilakukan di luar tubuh. Kodok jantan akan melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang kodok jantan akan memijat perut kodok betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat bersamaan, kodok jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina.
Jenis kodok hijau lebih banyak menempati daerah rawa-rawa, genangan air, dan kolam. la lebih suka bertengger di sekitar tanaman air yang terapung. Sedangkan kodok macan lebih banyak mendiami daerah persawahan. Kodok ini lebih suka berdiam di celah-celah pematang sawah atau pematang kolam. Keberadaan kodok biasanya memang tidak jauh dari genangan air, karena air merupakan media dan habitat yang dilaluinya pada tahap perkembang biakannya.

Untuk menjamin kelangsungan hidup telur, induk kodok akan meletakkan telur-telurnya di air yang dianggapnya aman dan tidak tercemar racun yang mematikan. Di area persawahan, perkolaman, genangan air dan selokan dangkal biasa ditemukan kecebong tersebut. Di lingkungan perkolaman, jumlah populasi kodok dipengaruhi oleh jenis prasarana kolam yang ada. Misalnya, kodok akan lebih banyak berkembang pada kolam-kolam tanah, dibanding pada kolam-kolam beton.

Di areal perkolaman dan persawahan, khususnya pada malam hari, tidaklah sulit untuk menemui beberapa kodok. Induk atau kodok dewasa aktif pada malam hari. Pada masa perkawinannya, sering terlihat kodok jantan berada di atas punggung induk betina. Hal ini lebih sering terjadi pada malam hari dan menjelang fajar tiba, layaknya seperti proses pemijahan induk ikan.

sumber : Khairul Amri dan Toguan Sihombing, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2008

Kamis, 15 April 2010

increase in aquaculture production

increase in aquaculture production.

aquaculture production can be enhanced by a variety of ways, increasing fish production is to be supported by improving cultivation techniques and methods. The traditional pattern of fish farming which produce low fish production can be enhanced by intensive fish farming.

The mastery of technology and improvement of fish farming facilities and infrastructure need to be owned by fish farmers, as this is a capital for fish farmers in increasing the number of its production.

This technology includes the improvement of cultivation techniques and cultivation technique of cultivation of hatchery rearing. Artificial spawning techniques is one example of the increasing value of fish production. The food is good quality and contain sufficient giji is also one example in an effort to increase fish production.

http://hobiikan.blogspot.com

Minapolitan Rumput Laut Mulai Ekspor

Minapolitan Rumput Laut Mulai Ekspor



Kawasan minapolitan rumput laut di Gorontalo memulai ekspor perdana rumput laut olahan berupa potongan (chips). Ekspor perdana chips rumput laut itu sekitar 17 ton dengan nilai ekspor sekitar 90.000 dollar AS.

Pabrik pengolahan rumput laut dikembangkan oleh badan usaha milik daerah (BUMD), PT Gorontalo Fitrah Mandiri. Komoditas chips rumput laut dipasarkan ke investor asal Malaysia, Vinakas Agromarine SDN.BHD.Direktur Operasional PT Go-rontalo Fitrah Mandiri, BUMD provinsi Gorontalo, Ronny Dj Ka-luku mengemukakan, kapasitas terpasang pabrik chips rumput laut itu 1 ton per hari. Adapun 1 ton chips rumput laut membutuhkan hanan baku 3,5-4 ton rumput laut kering.

"Pengolahan rumput laut dan jaminan pasar akan meningkatkan nilai tambah produk. Tanpa industri pengolahan, maka ekspor hanya akan terbatas pada luhan baku," ujar Ronny di sela-sela ekspor perdana chips rumput laut di Desa Pongongaila, Kecamatan Pulubala, Gorontalo.Kerja sama itu merupakan implementasi dari pembentukan kawasan minapolitan di Provinsi Gorontalo. Gorontalo ditetapkan sebagai kawasan minapolitan rumput laut dengan integrasi sentra produksi, pengolahan, dan pemasaran.

Kontrak ekspor chips rumput laut dimulai tahun 2010. Untuk tahap awal, jumlah ekspor berkisar 17 ton chips rumput laut.Harga jual chips rumput laut jauh lebih tinggi daripada balian baku mentah. Harga rumput laut kering di tingkat petani Rp 7.000-Rp 7.500 per kilogram (kg).Harga di tingkat pabrik Rp I2.000-Rp 13.000 per kg.Pengembangan rumput laut, ujar Ronny, diyakini akan mampu mengembangkan ekonomi daerah mengingat rumput laut telah dikembangkan di lima kabupaten, yakni Gorontalo, Bo-alemo, Pohuwato, Bone Bolango, dan Gorontalo Utara. Pihaknya masih harus bersaing dengan eksportir rumput laut yang menjual rumput laut gelondongan.

Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan sektor perikanan. Masa tanam rumput laut 45 hari. Diupayakan adanyakemitraan dengan kelompok petani rumput laut, meliputi penyuluhan, pembibitan, panen, dan penanganan pascapanen.Dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan, jumlah produksi rumput laut basah Indonesia berkisar 1,79 juta ton. Dari jumlah itu, sebanyak 85 persen diekspor dan 15 persen diserap industri pengolahan dalam negeri.Saat ini jumlah pabrik pengolahan rumput laut di Indonesia baru 34 unit. Pabrik yang aktif hanya 20 pabrik, dengan utilitas kapasitas 60 persen. (LKT)



Sumber : Kompas 15 April 2010, Hal.18

Rabu, 14 April 2010

peningkatan produksi perikanan budidaya

peningkatan produksi perikanan budidaya.

produksi perikanan budidaya dapat ditingkatkan dengan berbagai cara, peningkatan produksi perikanan ini perlu ditunjang oleh peningkatan tehnik dan cara berbudidaya. Pola berbudidaya ikan yang tradisional yang menghasilkan produksi ikan yang rendah dapat ditingkatkan dengan berbudidaya ikan yang intensif.

Penguasaan tehnologi budidaya ikan dan peningkatan sarana dan prasarana perlu dimiliki oleh pembudidaya ikan, karena hal ini merupakan modal bagi pembudidaya ikan dalam meningkatkan jumlah produksinya.

Tehnologi budidaya ini mencakup dari peningkatan tehnik budidaya pembenihan serta tehnik budidaya pembesaran. Tehnik pemijahan buatan merupakan salah satu contoh dalam meningkatkan nilai produksi ikan. Pemberian pakan yang berkualitas dan mengandung giji yang cukup juga merupakan salah satu contoh dalam upaya peningkatan produksi ikan.

http://hobiikan.blogspot.com

Selasa, 13 April 2010

KKP buka 120 titik budidaya rumput laut

KKP buka 120 titik budidaya rumput laut



Direktur Pembenihan Ikan, Ditjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Ketut Sugama mengakui sulit mendapatkan rumput berkualitas.

Sebab, dalam teknik budidaya rumput laut, batas waktu produksi maksimal hanya tiga kali di lokasi, yang sama. "Setelah tiga kali bibit di daerah yang sama itu produktivitasnya turun, ini biologisnya," jelas Ketut di Jakarta, kemarin.

Untuk mengatasi seretnya pasokan bibit itu, tahun ini pemerintah akan membuka 120 titik budidaya bibit di daerah sentra rumput Iai5t. "Ini solusi kami untuk menjamin ketersediaan bibit rumput laut itu," ujar Ketut.

Pemerintah memang menargetkan produksi rumput laut meningkat 12% atau dari 2,574 juta ton pada tahun lalu menjadi 2,882 futa ton. Urbi/anura)




Sumber : Harian Terbit 12 April 2010.Hal.6

Ketekunan Seorang Ade di Kolam Lele

Ketekunan Seorang Ade di Kolam Lele



Memasuki Kampung Cibeureum RT 08 RW 08, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, terlihat berjajar sekitar 100 kolam terpal warna oranye tempat pembenihan ikan lele sangkuriang. Kampung yang dikenal sebagai sentra perajin sandal ini, kini menjadi sentra usaha pembenihan ikan lele sangkuriang. Ini berkat ketekunan Ade Mulyadi (32), anak kedua dari enam bersaudara pasangan Muchtar (59) dan Rohani (56), sejak dua tahun yang lalu.

Oleh FX PUNIMAN

Keberhasilan Ade mengembangkan usahanya seperti saat ini tentu tak lepas dari mental bajanya yang pantang menyerah. Meskipun kaki kanannya cacat karena polio sejak usia 3 tahun, dia berhasil mengembangkan usaha pembenihan ikan lele sangkuriang, lele butkan baru yang kini semakin populer, terutama di Bogor.

Pengembangan usaha baru, yakni pembenihan ikan lele oleh pemuda itu, boleh disebut sebagai pelopor usaha pembenihan ikan di sentra perajin sandal Cibeureum. Usahanya bukan main-main. Ade bersama 4 pekerjanya tiap hari mengawasi, merawat sekitar 100 kolam pembenihan, dan menabur pakan untuk benih ikan secara tepat waktu dan tepat takaran-nya. Kolam ikan itu tampak unik karena dibuat khusus dengan menggunakan terpal warna oranye yang biasa digunakan untuk tenda.

Menurut Ade, usaha pembenihan ikan lele sangkuriang ini diawali dengan kegagalan dalam mengembangkan usaha pembenihan ikan lele dumbo yang dimodali ayahnya. Saat itu, lebih dari Rp 75 juta uang yang dikeluarkan ayahnya untuk modal usaha pembenihan ikan lele dumbo amblas.

Tak pernah dijual, benih ikan itu mati diduga terserang penyakit," kata Muchtar, ayah Ade. Sebelum bergabung dengan anaknya mengusahakan pembenihan lele sangkuriang, Muchtar adalah pedagang di pasar dan perajin sandal.
Belajar

Suatu hari, Muchtar yahg beralih profesi menjadi pembenih ikan lele ini memperoleh keterangan tentang "pendekar lele sangkuriang" Nasrudin, di Kampung Sukabirus, Desa Gadog, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Maka, dia pun mendatangi Nasrudin untuk mencari tahu atau "berguru" ilmu perlelean.

Namun, Muchtar tidak lantas berguru secara langsung. Setelah pertemuan dengan Nasrudin dan mendapat gambaran mengenai usaha itu, Muchtar kemudian mengutus Ade untuk mengikuti pelatihan kepada Nasrudin. Setelah itu, Muchtar menyusul bersama dua anaknya yang lain, Wawan dan Trimulyana, untuk menimba ilmu mengenai pembenihan lele.

Ternyata, untuk menimba ilmu tentang lele tidak perlu waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan, apalagi bertahun-tahun. Ade mengikuti pelatihan hanya selama 3 hari di pusat pelatihan lele Nasrudin di Kampung Sukabirus. Dia sudah

memperoleh "jurus-jurus" jitu cara memelihara, memberikan pakan, dan mengatasi penyakit ikan secara tepat

Tanpa menunggu waktu lagi, bekal pengetahuan itu langsung diterapkan di lapangan. Ko-lam-kolam pun dibuat tidak dengan menggali tanah, sebagaimana layaknya kolam ikan yang kita kenal selama ini Mereka menggunakan terpal untuk membuat "kolam-kolam" itu, dan kemudian diisi benih ikan lele sangkuriang. Rupanya tanda-tanda keberhasilan usaha lele itu mulai tampak.

"Berangsur-angsur usaha kami itu, berhasil," kata Ade, akhir Maret lalu. Kematian benih lele seperti yang terjadi saat mengembangkan lele dumbo bisa mereka atasi Perlakuan khusus bisa menekan angka kematian benih. Saat ini, usaha mereka sudah jauh berkembang. Siang itu, misalnya, Ade baru saja melayani pembeli benih lele sangkuriang ukuran 4-6 cm sebanyak 4.000 ekor.

Kewalahan

Diawali dari 10 kolam terpal ukuran 2x4 meter untuk pembenihan, kini Ade yang mengembangkan usaha bersama ayah dan adiknya memiliki sekitar 100 kolam pembenihan ikan lele sangkuriang. Muchtar sendiri juga memiliki sekitar 10 kolam pembesaran ukuran 10 x 10 meter.

Satu paket induk lele sangkuriang terdiri dari 10 betina dan 5 jantan. Ade membeli induk lele pada Nasrudin seharga Rp 800.000 per paket Sejak menetas sampai dipanen, usia benih ikan lele sangkuriang ukuran 4-6 cm butuh waktu sekitar 50 hari. Setiap ekor induk lele sangkuriang bisa menghasilkan 70.000-100.000 ekor benih.

"Saat ini, setiap bulan kami baru bisa menjual 300.000 benih dengan harga Rp 150 per ekor," kata Ade. Pesanan benih lele memang terus mengalir.

Namun, tidak semua pesanan itu mampu dipenuhi Ade mencontohkan, adanya permintaan benih sebanyak 1 juta ekor setiap bulan dari pembeli warga Tangerang, Banten, tetapi permintaan itu tidak sanggup mereka penuhi

"Untuk melayani peternak ikan lele sangkuriang di daerah Kabupaten/Kota Bogor dan sekitarnya saja, kami masih kewalahan," kata Ade. Melihat kondisi seperti itu. Ade mencari jalan keluar dengan menyiapkan 10 orang binaan sebagai pembenih ikan lele sangkuriang.

Sementara Muchtar yang memiliki 10 kolam pembesaran mengisi kolamnya dengan 10.000 ekor benih ukur 4-6 cm. Dari 10.000 benih ini, setelah 45 hari dapat dipanen 1 ton ikan lele ukuran 6-7 ekor per kg. Harga jualnya saat ini Rp 10.500 per kg. "Dari panen 1 ton ikan itu, dipotong pakan dan biaya pemeliharaan, masih ada keuntungan sekitar Rp 3 juta," kata Muchtar.

Ade dan ayahnya, sebagai keluarga pelopor usaha pembenihan ikan lele di sentra Perajin Sandal Cibeureum ini, sekarang sering menerima kunjungan tamu yang ingin belajar budidaya ikan lele sangkuriang, baik untuk pembenihan maupun pembesaran. "Kami dengan senang hati menjelaskan bagaimana caranya menjadi pembudidaya ikan lele sangkuriang," kata Ade.

Dia mengatakan, pihaknya memang berkonsentrasi di bidang pembenihan untuk memasok mereka yang berusaha di bidang pembesaran lele sangkuriang. "Lebih menguntungkan jadi pembenih daripada pembesar ikan," kata Ade, seraya menambahkan bahwa kerugian puluhan juta rupiah yang dideritanya dua tahun yang lalu berangsur-angsur dapat ditutupi dari keuntungan penjualan benih ikan.

(FX PUNIMAN, Wartawan Tinggal di Bogor)


Sumber : Kompas, 12 April 2010.Hal.16

Senin, 12 April 2010

Tiram mutiara

Tiram mutiara



Budidaya tiram mutiara selama ini dianggap rumit dengan waktu pemeliharaan yang bisa lebih dari 3 tahun. Tak heran usaha ini lebih banyak dilakukkan oleh pengusaha bermodal besar.

Tetapi anggaapan tersebut kini berhasil dipatahkan oleh badan riset perikanan budidaya (brkp). Pusat riset perikanan budidaya (prpb)-bagian dari brkp- meluncurkan program ilmu pengetahuan dan teknologi untuk masyarakat (iptekmas) untuk pendederan tiram mutiara bagi nelayan tradisional. Program ini dilaksanakan oleh balai besar riset perikanan budidaya laut (bbrpbL)gondol,bali. Dimulai dari riset pembenihan dan dilanjutkan pendederan dilaut.

Dengan iptekmas, nelayan bisa melakukan pendederan tiram dari ukuran spat 4-5’mm hingga ukuran 1cm atau ukuran 5-6 cm tergantung permintaan pasar. Untuk mencapai ukuran 1cm butuh waktu 1bulan dan 7-8 bulan untuk mencapai 5-6cm. Sementara untuk pembesaran hingga mencapai ukuran siap produksi mutiara yang memerlukan waktu sekitar 3tahun dilakukan oleh pengusaha bermodal besar.

Persiapan budidaya

Lokasi untuk budidaya pendederan tiram mutiara antara lain perairan yang subur (kaya plankton), jauh dari jangkauan air tawar berlebih karena spat dan benih rentan terhadap salinitas rendah, terhindar dari banjir dan erosi, arus tidak terlalu kuat agar KJA tidak hanyut, kedalaman ideal maksimum 30 m, substrat dasar pasir atau pecahan karang.

Selain itu hindari kondisi iklim buruk. Bila kondisi sangat rawan, sebaiknya tidak melakukan kegiatan pendederan. KJA bisa diamankan kedarat dan waktu yang ada dimanfaatkan untuk persiapkan. Unit rakit atau KJA sebaiknya tidak terlalu besar supaya mudah dipindahkan.

Wadah budidayanya, KJA terbuat dari bambu dan pelampung drum foam. Untuk budidaya ikan degan unit terkecil 8 m x 8 m terdiri atas 4 lubang ukuran 3 m x 3 m dan jalan setapak untuk kerja lengkap dengan tali jangkar, tali pengikat, dan pemberat 60 kg terbuat dari cor beton.

Penebaran spat

Telur yang menetas dihatchery (tempat pembenihan ) dipelihara selama 45 hari, sehingga diperoleh spat dengan ukuran 4-5 mm. Spat menempel pada lembar kolektor yang berupa paranet (waring) ukuran 30 cm x 30cm. Jumlah yang menempel bervariasi, sekitar 100-200 perlembar kolektor. Kolektor dengan spat ukuran 4-5mm bisa ditebar kelaut,dimasukan kedalam frame kubus ukuran 35 cm x 50 cm x 70 cm (terbuat dari 2 kubus yang disusun bertingkat). Penebaran biasanya dua kubus memuat 10 lembar kolektor dan kemudian dimasukan ke dalam kantor waring dengan ukuran mata halus, untuk menghindari predator atau pemangsa dan gangguan hewan air dari luar. Tugas nelayan,membersihkan / mencuci kantong waring itu setiap 1-2 minggu agar aliran air yang membawa makanan untuk spat dan benih berjalan dengan baik. Jika ada spat jatuh karena penempelan kurang kuat atau pengaruh arus dll, maka masih bisa diselamatkan. Pada saat pencucian, benih yang rontok bisa dipindahkan kewaring yang baru dan selama masih hidup benih ini akan segera mencari tempat untuk menempel kembali.setelah umur 1bulan dilakukan grading atau seleksi ukuran sekaligus menghitung jumlah benih ukuran 1cm yang dihasilkan dari total tebar spat. Benih ukuran 1 cm kemudian dipindahkan dari lembar kolektor (dengan cara memotong bisusnya) kedalam waring bendera. Tiap lembar waring bendera bisa berisi 100 benih siap jual. Jika untuk dibesarkan kembali menjadi ukuran 5-6 cm hanya di isi 50 benih. Untuk pemeliharaan selanjutnya hingga ukuran 3 cm masih perlu diamankan dari gangguan predator. Setelah ukuran 3-4 cm baru kemudian dimasukan kedalam waring anakan dan bisa dipelihara tanpa kubus hingga mencapai ukuran 5-7 cm yang banyak diminati pembeli.

Panen,transportasi dan pemasaran

Panen dimulai dengan melakukan grading ukuran karena harga berbeda setiap cm. Untuk transportasi kering, dilakukan dengan styrofoam ukuran 35 x 70 cm, dasar styrofoam diisi dengan spons yang dibasahi dengan air laut, handuk atau sejenisnya.

Benih ukuran 1 cm dalam waring bendera atau anakan ukuran 5 cm dimasukan dan disusun hingga styrofoam hampir penuh. Lakukan secara hati-hati jangan di tekan. Kemudian dibagian paling atas dan samping ditaruh es batu air laut yang dibuat dalam botol plastik dan dibungkus koran kepadatan styrofoam ukuran 35 x 70 cm bisa mencapai 6000 ekor benih ukuran 1 cm atau 500 hingga 1000 ekor benih ukuran 5 cm. Styrofoam ini mampu diangkut selama 12 jam untuk benih ukuran 1 cm dan 15 jam untuk benih yang berukuran lebih besar yaitu 5 cm tanpa terjadi kematian berarti program iptekmas ini juga menjalin kerja sama dengan pengusaha sebagai pembeli produk atau benih yang akan dihasilkan dari program tersebut. Ada dua ukuran yang diminta yaitu ukuran 1 cm atau umur 1 bulan dengan harga Rp 300-Rp 500 per ekor benih. Sedangkan ukuran besar 5- 7 cm atau umur 7-8 bulan dibeli dengan harga Rp 1000-Rp 2000 per cm dan semakin besar semakin mahal. Untuk tahap awal nelayan cenderung menjual ukuran kecil karena lebih cepat mendapatkan uang. Pemeliharaan untuk ukuran besar (>3cm) lebih mudah karena cangkangnya sudah kuat, adaptasi lingkungan sudah baik, tdak rawan terhadap predator. Tapi untuk ukuran 2-4 cm dinilai paling kerisis terhadap kematian karena berbagai penyebab seperti predator, lingkungan dll. Dan biasanya kematian tinggi pada umur tersebut. Karena itu pasar yang sekarang diminati adalah ukuran 1 cm atau ukuran lebih besar dari 5 cm. Sementara itu untuk menambah keuntungan, beberapa petani memadukan pendederan tiram mutiara(produksi benih ukuran besar 5-6 cm) dengan memanfaatkan bagian tepi kja ikan untuk menggantungkan waring anakan. 1 kja mampu memelihara 15000 benih yang hanya dikerjakan oleh satu orang dengan 8 hari kerja per bulan untuk membersihkan waringnya. Peluang lainnya, petani bisa memanfaatkan lubang kja bagian dalam untuk memelihara lobster. Baby lobster ukuran campuran dibeli dari nelayan dengan harga Rp120.000 per kg. Kemudian dipelihara selama 3 bulan dan dipanen dengan harga Rp270.000 perkg, dengan ukuran sekitar 10 ekor per kg.


sumber: majalah trobos edisi april 2010 hal 84-85

Pengendalian Hama Predator Benih ikan (Labi-labi)

Pengendalian Hama Predator Benih ikan (Labi-labi)

Pembudidaya ikan yang kurang mengawasi kolam ikannya, kadang akan kesulitan mengetahui kehadiran labi-labi. karena jika labi-labi telah berada di kolam, labi-labi suka menyembunyikan diri. Adapun untuk mengetahui bahwa kolam ada labi-labinya kita bisa melihat dengan berkurangnya populasi ikan yang dipelihara dan bangkai ikan yang mati tidak ditemukan, patut dicurigai bahwa pelakunya adalah labi-labi.
Hal yang lain untuk bisa dijadikan petunjuk bahwa kolam ikan ada labi-labinya adalah dengan melihat air kolam jika air kolamnya keruh maka bisa disebabkan oleh labi-labi yang menyelam ke dalam lumpur.

Untuk mengendalikannya cara efektif adalah menangkap labi-labi tersebut dengan serok/tangguk. cara lain yaitu dengan memancing labi-labi dengan menggunakan umpan daging seperti anak ayam/ikan. Cara yang lainnya yaitu dengan cara mengeringkan kolam ikan sekering mungkin dan dipastikan di dalam lumpur tidak terdapat labi-labi.
Pembersihan kolam dari tempat persembunyian labi-labi harus dilakukan secara berkala.

Sabtu, 10 April 2010

SEED PREDATOR FISH - tortoise

SEED PREDATOR FISH - tortoise

The fish farmers have already long since learned that the turtle is a pest or predator fish are very potential to cause losses and problems.
turtle classification:
Phylum: Chordata
Sub-phylum: Vertebrates
Klasis (classes): Reptiles
Order (nation): Testudinata
Sub Order: Cryptodira
Family: 1. Trionychidae
2. Emydidae,
3. Carettochelidae

Types of turtles that are common prey fish of the genus Trionychidae (struck) that most of his time living in the water. tortoise is Carnivora animals that have the ability to swim very fast so that the fish would be easy prey. tortoise is very greedy when prey fish, turtles prey on the road to catch fish with his mouth. Although not toothed mouth, but very powerful jaws and sharp so that no prey could escape from the turtle.

PREDATOR BENIH IKAN - LABI-LABI

PREDATOR BENIH IKAN - LABI-LABI

Para pembudidaya ikan telah mengetahui bahwa sudah sejak lama labi-labi merupakan hama atau predator benih ikan yang sangat potensial menimbulkan kerugian dan masalah.
klasifikasi labi-labi :
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Klasis (kelas) : Reptilia
Ordo (bangsa) : Testudinata
Sub ordo : Cryptodira
Famili : 1. Trionychidae
2. Emydidae,
3. Carettochelidae

Jenis labi-labi yang umum memangsa benih ikan yaitu dari genus Trionychidae (bulus) yang sebagian besar waktunya hidup berada di air. Labi-labi merupakan hewan carnivora yang mempunyai kemampuan berenang sangat cepat sehingga benih ikan pun akan mudah dimangsanya. Labi-labi sangat rakus bila memangsa ikan, labi-labi memangsa ikan dengan jalan menangkap dengan mulutnya. Meski mulutnya tidak bergigi, tetapi rahangnya sangat kuat dan tajam sehingga tidak ada mangsa yang bisa lolos dari labi-labi.

Jumat, 09 April 2010

20 Provinsi Delegasikan Izin Kapal Ikan

20 Provinsi Delegasikan Izin Kapal Ikan



Sebanyak 20 provinsi menyatakan kesiapannya untuk melakukan pendelegasian dalam mengeluarkan perizinan bagi kapal penangkap ikan. Hal tersebut dalam rangka menindaklanjuti kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kemen KP) di mana perizinan bagi kapal 30 grosston (GT) sampai 60 GT akan didelegasikan ke provinsi yang sebelumnya izin dikeluarkan oleh pusat.

Ke-20 provinsi tersebut meliputi Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jambi, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kepulauan Riau, Lampung, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat, Papua, Sulawasi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Barat.

Demikian disampaikan Dirjen Perikanan Tangkap (PT) Kemen KP Dedy Sutisna kepada SH seusai memimpin rapat kerja teknis Ditjen PT, Selasa (6/4). "Baru 20 provinsi yang merespons setelah edaran dibuat. Sisanya sampai sekarang belum ada surat sehingga saya beranggapan yang tidak berkirim surat itu belum siap," ungkapnya.

Menurut Dedy, dalam membuat perizinan tidak mudah sebab dokumennya dan pelaporannya harus bagus karena menyangkut sumber daya ikan. Namun, lanjutnya, pembuatan izin kapal penangkapan ikan oleh Kemen KP tidak bertentangan dengan UU Perhubungan No 17 Tahun 2008.

Wewenang Kementerian Perhubungan hanya berkaitan dengan dokumen kapal awal, seperti surat ukur dan gross akta, sedangkan jika kapal yang berhubungan dengan penangkapan dan pengangkutan ikan harus ada surat izin menangkap ikan dari Kemen KP

Diakui Dedy, terkait syahbandar Kemenhub yang selama ini mengeluarkan Surat izin Berlayar (SIB), sebagian telah menyerahkan wewenang SIB kapal ikan kepada Kemen KP Respons masing-masing berbeda, seperti di Pelabuhan Ratu, Bitung, Kendari bagus, tetapi di Belawan masih masalah. "Itu bukan kesalahan daerah, namun akibat ulah oknum perhubungan," tegasnya.

Sementara itu, terkait realisasi penghapusan retribusi nelayan. Dedy menyebutkan, hingga saat ini, ada 55 persen kabupaten dari seluruh provinsi yang telah melakukan penghapusan retribusi, yaitu untuk nelayan dengan kapal 20 GT sesuai UU Perikanan No 31 Tahun 2004.

Kompensasi DAK akan diberikan apabila dua syarat tambahan terpenuhi, yaitu tidak memungut retribusi serta tercapainya target kontrak produksi, seperti di perikanan tangkap mencapai 2,1 persen per tahun peningkatannya, begitu pula di sektor budi daya.

Sementara itu, DAK yang disiapkan untuk pelabuhan dan kapal penangkap ikan Rp 2-3 miliar per tahun per kabupaten. Jika kedua syarat tersebut dapat dipenuhi, persentase kenaikan DAK bisa mencapai 100 persen atau menjadi Rp 4-6 miliar per tahun per kabupaten, (effatha tambunan)


Sumber : Sinar Harapan 7 April 2010, Hal. 15

Kamis, 08 April 2010

Ekspor Ikan Jabar Capai US$ 9,3 Juta

Ekspor Ikan Jabar Capai US$ 9,3 Juta


Pemprov Jawa Barat (Jabar) bertekad memanfaatkan potensi perikanan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta menjadikan sektor perikanan sebagai lokomotif ekonomi Jabar.

Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jabar, wilayah Jabar memiliki potensi sumber daya perikanan dan kelautan yang sangat besar. Hal ini terlihat dari kondisi eksisting potensi perairan umum, seperti pantai yang panjangnya mencapai 805 kilometer, sungai dengan panjang 13.666 kilometer, areal budi daya perikanan yang cukup luas mencapai 58.698 hektare, danau/situ seluas 4.757 hektare, dan tiga waduk besar, yaitu Saguling, Cirata, dan Jatiluhur dengan luas total mencapai 21.429 hektare. Adapun produksi perikanan Jabar tahun 2009 secara keseluruhan mencapai 628.800 ton, per tahun.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Jabar Ahmad Hadadi. kepada SH, di Bandung, Selasa (6/4), menuturkan, hingga awal Januari 2010, Jabar mengekspor ikan sebanyak 4.470 ton atau senilai US$ 9,3 Juta. Adapun negara tujuan ekspor meliputi Asia Tenggara, Asia Timur, Amerika, Eropa, Afrika, dan Timur Tengah.

"Produksi laut di Jabar baru 3,8 persen dari total produksi industri perikanan di Jabar yang mencapai 114.700 ton. Jumlah tersebut 60,4 persen didominasi oleh olahan hasil laut, dengan jumlah pengolah mencapai 3.327 unit, yang menyerap tenaga kerja 37.000 orang. Jumlah ini ke depannya harus lebih ditingkatkan,"ujar dia.(fat)



Sumber : Sinar Harapan 7 April 2010,Hal.15

feeding catfish

feeding catfish








catfish can be kept in fish ponds with ground or wall construction, the important construction of fish pond farming qualified and competent to be used as maintenance medium catfish.

feed given to the maintenance of catfish can be a pellet. Pellets are given as much as 3% of the total weight of fish that were planted and then divided by 3 to be given in the morning, afternoon and evening.

in addition to the feed pellets in aquaculture and catfish this could be the remnants of waste from restaurants, poultry slaughterhouse / livestock, snail, chicken feathers. The feed is an alternative feed that could be the best choice for catfish farmers

Rabu, 07 April 2010

Fish predators of pest control (birds)

Fish predators of pest control (birds)

Supervision on the cultivation of fish (fish hatchery) is a way to control pest bird predators.
Oversight of predatory birds can be done by way of expulsion if we see the presence of birds.
Another control that can be done is by installing a barrier so that the bird is not easy to pounce on the fish. Barriers can be made from bamboo tassel or cord barrier. Twigs or branches of dead trees that are all around the pond should be discarded in order not to be used as predator fish, bird perches.

Fadel Berjanji Hapus PPN Produk Pakan Ikan

Fadel Berjanji Hapus PPN Produk Pakan Ikan



Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad berjanji akan mengusahakan penghapusan pemberlakuan pajak pertambahan nilai (PPN) untuk produk pakan ikan. Saya akan membicarakannya dalam sidang kabinet," ujar Fadel di kantornya kemarin.Kebutuhan akan pakan ikan mencapai 60 persen dari biaya produksi ikan. Sehingga, jika pakan ikan dikenai PPN, biaya produksi budi daya ikan akan meningkat.

Sumber : Koran Tempo, 6 Maret 2010.hal. A18

Sudahkah Anda Tahu ??? Teknik Pembenihan Ikan Grass Carp (Ctenopharyngodon idella)

Sudahkah Anda Tahu ???
Teknik Pembenihan Ikan Grass Carp (Ctenopharyngodon idella)


Grass Carp (Ctenopharyngodon idella) berasal dari China bagian timur dan USSR. Ikan ini didatangkan ke Indonesia (Sumatera) pada tahun 1915. Pada tahun 1949 didatangkan ke Jawa dengan tujuan untuk dibudidayakan.

Ikan Grass Carp atau ikan Koan merupakan herbivora yang hidup di air tawar. Ikan jenis ini memakan tumbuhan air seperti Hydrilla sp., Salvinia, rumput-rumputan dan tumbuhan air lainnya, sehingga ikan jenis ini dapat dipakai sebagai ikan pengendali gulma air baik di kolam maupun diperairan umum.

BIOLOGI

Secara sistematis ikan grass carp termasuk dalam kelas Osteichthyes, ordo Cyprinipormes, famili Cyprinidae.

Ciri-ciri fisik ikan ini adalah warna abu-abu gelap kekuningan dengan campuran perak kemilau, badan memanjang, kepala lebar dengan moncong bulat pendek, gigi paringeal dalam deretan ganda dengan bentuk seperti sisir. Ikan grass carp dapat mencapai ukuran panjang maksimal 120cm dan bobot tubuh 20 kg.

Induk ikan grass carp sudah dapat memijah pada umur 3 s/d 4 tahun dengan berat betina mencapai 3 kg dan jantan 2 kg. Pemijahan biasanya terjadi pada musim penghujan.

PEMBENIHAN
Pemeliharaan Induk

Induk-induk dipelihara di kolam dengan kepadatan 0,2 s/d 0,3 kg/m2. Selain diberi pakan tumbuhan air atau rumput-rumputan juga diberi pakan buatan berupa pellet sebanyak 1% dari berat total populasi dengan berat frekuensi pemberian sebanyak 2 kali per hari.

Induk ikan grass carp dapat dipijahkan setelah berumur 1 tahun dengan berat 2 - 2,5 kg.

Tanda-tanda Induk matang gonad :

Betina : Perut mulai bagian dada sampai ke arah pengeluaran menbesar, bila ditekan terasa lembek, lubang kelamin agak kemerahan dan agak menyembul keluar serta gerakan relatif lamban.
Jantan : Dibandingkan dengan betina bentuk badan relatif lebih langsing, sirip dada bagian atas kasar dan bila perut diurut kearah lubang kelamin akan keluar cairan berwarna putih (sperma).

Pemijahan
Cara pemijahan ikan grass garp dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

* Induced breeding
Pemijahan secara ”Induced breeding” yaitu dengan menyuntikan hormon perangsang yang berasal dari kelenjar hipofisa ikan donor atau menggunakan hormon LHRH-a atau ovaprim™.
Induk betina disuntik 2 kali dengan selang waktu 4 s/d 6 jam, apabila menggunakan kelenjar hipofisa 2 dosis tetapi apabila menggunakan ovaprim dengan dosis 0,5 ml/kg. Penyuntikan pertama 1/3 bagian dan penyuntikan kedua 2/3 bagian.
Induk jantan disuntik cukup sekali, menggunakan kelenjar hipofisa 1 dosis, bila menggunakan ovaprim 0,15 ml/kg dan dilakukan bersamaan dengan penyuntikan kedua pada induk betina.
Kedua induk ikan setelah disuntik dimasukan ke dalam bak pemijahan yang dilengkapi dengan hapa, setelah 6 jam dari penyuntikan pertama induki betina diperiksa kesiapan ovulasinya setiap 1 jam sekali, dengan cara diurut secara perlahan.
Ikan yang akan memijah biasanya ditandai dengan saling kejar, perut besar dan lunak, keluar cairan kuning dari lubang kelamin.
Setelah tanda-tanda tersebut, induk jantan dan betina diangkat untuk dilakukan stripping (pengurutan) yaitu dengan mengurut bagian perut ke arah lubang kelamin. Telurnya ditampung dalam wadah/baki plastik dan pada saat bersamaan induk jantan di-stripping dan spermanya ditampung dalam wadah yang lain kemudian diencerkan dengan cairan fisiologis (NaCl 0,9 %) atau cairan Sodium Klorida.
Sperma yang telah diencerkan dituangkan kedalam wadah telur secara perlahan-lahan serta diaduk dengan menggunakan bulu ayam. Tambahkan air bersih dan diaduk secara merata sehingga pembuahan berlangsung dengan baik. Untuk mencuci telur dari darah dan kotoran serta sisa sperma, tambahkan lagi air bersih kemudian airnya dibuang, lakukan beberapa kali sampai bersih, setelah bersih telur dipindahkan kedalam wadah yang lebih besar dan berisi air serta diberi aerasi, biarkan selama kurang lebih 1 jam sampai mengembang secara maksimal.
*
Induced spawning
Pemijahan secara Induced spawning perlakuannya sama seperti pemijahan Induced breeding, hanya setelah induk jantan dan betina disuntik, dimasukan ke dalam bak pemijahan dan dibiarkan sampai terjadi pemijahan secara alami.
Setelah memijah maka induk jantan dan betina dikeluarkan dari bak pemijahan dan telur yang sudah dibuahi ditampung dalam wadah yang berisi air serta diaerasi dan dibiarkan sampai mengembang secara maksimal.
*
Penetasan Telur
Penetasan dilakukan di dalam hapa corong berdiameter 40 cm dan tinggi 40 cm dengan mengalirkan air dari bawah untuk memutar air yang berisi telur agar tidak menumpuk. Padat penebaran telur 10.000 butir/corong. Telur akan menetas dalam waktu 20-24 jam pada suhu 29°C.
Selain di dalam hapa corong penetasan dapat juga dilakukan di dalam akuarium (40 x 60 x 40) cm yang dilengkapi dengan aerasi. Padat tebar telur 5.000 butir/akuarium pada suhu 26 s/d 29°C, telur akan menetas dalam waktu 20-24 jam.
*
Pemeliharaan Larva
Setelah menetas larva di pelihara dalam corong yang sama , namun sebelumnya telur-telur yang tidak menetas di buang dahulu. Lama pemeliharaan dalam corong 4 hari. Apabila telur ditetaskan dalam akuarium , setelah menetas larva bisa dipelihara di akuarium yang sama namun sebelumnya telur yang tidak menetas dan ¾ bagian air di buang dahulu dan diisi air yang baru. Larva yang sudah berumur 4 hari bisa langsung di tebar di kolam pendederan, atau di beri pakan alami berupa nauplii Artemia, Brachionus atau Moina. Pemeliharaan larva dalam akuarium selama 10 hari, air harus di ganti setiap hari sebanyak 2/3 bagian.

Pendederan
Pendederan Pertama

Persiapan kolam pendederan dilakukan seminggu sebelum penebaran larva yang meliputi : pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kelamir. Kolam yang digunakan luasnya 500 s/d 1.000 m2.

Kolam kemudian dikapur dengan kapur tohor. Dosis pengapuran 50 s/d 100 gr/m2, caranya kapur tohor dilarutkan terlebih dahulu kemudian disebarkan secara merata keseluruh dasar kolam.

Pemupukan dengan menggunakan kotoran ayam. Dosis pemupukan 500 gr/m2, kemudian diisi air setinggi 40 cm.Setelah 4 hari benih grass carp sudah dapat ditebarkan, sebaik waktu penebaran pada pagi hari atau sore hari. Padat penebaran 100 s/d 200 ekor/m2.

Pemeliharaan di kolam pendederan pertama selama 21 hari. Pakan tambahan di berikan setiap hari berupa pellet halus sebanyak 75 gr/1.000 ekor larva dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali per hari.

Pendederan Kedua

Persiapan kolam pada pendederan kedua dilakukan sama seperti pendederan pertama. Padat penebaran larva 50 s/d 100 ekor/m2. Larva setiap hari diberi pakan tambahan berupa pellet sebanyak 10 % dari biomassa dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali per hari. Lama pemeliharaan pada pendederan kedua selama 28 hari.

PENYAKIT

Penyakit yang sering menyerang benih Grass Carp adalah parasit yaitu : Trichodina, Gyrodactylus, Glosatella, Scypidia, Chillodonella, yang biasanya menyerang bagian permukaan tubuh dan insang. Cara mengatasinya dengan pemberian formalin 25 ppm.


Sumber : Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi
Website : www.bbpbat.net

Selasa, 06 April 2010

Pengendalian hama predator ikan (burung)

Pengendalian hama predator ikan (burung)

Pengawasan terhadap usaha budidaya ikan (pembenihan ikan) merupakan suatu cara untuk mengendalikan hama predator burung.
Pengawasan terhadap predator burung dapat dilakukan dengan cara pengusiran jika kita melihat kehadiran burung.
Pengendalian lain yang dapat dilakukan yaitu dengan cara memasang penghalang agar burung tidak mudah menerkam ikan. Penghalang bisa terbuat dari bambu yang diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang. Ranting atau dahan pohon mati yang terdapat di sekitar kolam harus dibuang agar tidak dijadikan sebagai tempat bertengger burung pemangsa ikan.

Kelompok predator benih ikan - Burung Raja Udang

Burung Raja Udang

Burung ini memiliki paruh yang merah seperti udang yang dibakar makanya burung ini disebut sebagai burung raja udang.
Raja udang merupakan nama umum sejenis burung pemakan ikan dari suku Alcedinidae.
sistematika burung raja udang adalah sebagai berikut:

KIngdom : Animalia
Filum : Cordata
Kelas : Aves
Ordo : Ciconiiformes
Famili : Alcedinidae

ciri-ciri burung ini yaitu memiliki ukuran yang kecil hingga sedang, kepala dan paruhnya yang runcing berukuran besar tampak kurang seimbang dengan ukuran tubuh yang kecil, mempunyai kaki dan leher yang pendek, tiga jari yang menghadap kemuka
saling melekat sebagian di pangkalnya.

Burung raja udang ini sangat mengganggu terhadap kelangsungan budidaya, terutama terhadap benih - benih ikan yang masih kecil.

Senin, 05 April 2010

Seedling FISH BUSINESS

Seedling FISH BUSINESS

The operations of fish hatcheries are now in great demand because the rate of turnover of people on this seeding business relatively quickly, unlike the fish rearing business or the provision of fisheries infrastructure and facilities such as tools, equipment and feed.

This seeding business has now become a sub-system of its own efforts in the field of aquaculture. Business Activity seeding takes place in a relatively short time is 1 - 3 months only. With a relatively short time is the venture capital invested will be faster again, and so the profits stay seeding.

This hatchery operations will absorb many labor, which will then provide opportunities to accelerate development of aquaculture industry. In the aquaculture activities, the activities of this hatchery is the main activity and may be regarded as a key to the success of other activities. If the seeding operations are not running the other farming activities will not run.

Minggu, 04 April 2010

How Pond Aeration Can Reduce Pond Weeds

How Pond Aeration Can Reduce Pond Weeds
by: Sue McCrossin


Around the United States and other countries in the last few years, a great number of new housing developments have sprung up to house the ever-increasing population. These developments increase the amount of nutrients and sediments that wash into watersheds. Fertilizer, improper waste disposal, and soil run-off find their way into our streams, lakes and ponds and cause the following problems: algae blooms, rooted pond weeds, bacteria, low oxygen levels, increased water temperature, nasty odors, and fish kills.

A normal healthy pond keeps itself clean because it contains an ecosystem with a food chain of organisms that absorb nutrients. At the lowest part of the pond food chain, aerobic bacteria eat nutrients. The natural system in the pond works very well until excessive nutrients and run-off overwhelms the pond’s ecosystem and its ability to absorb nutrients. Once this occurs algae and pond weeds take over. As algae and pond weeds die, sink to the bottom and rot, they add nutrients back into the water, use up the oxygen at the bottom of the pond, and increase the bottom sediment. Then, as soon as sunlight and water temperature are right again, a new algae bloom and pond weed growth occur.

The Wrong Solution to Pond Weeds

Typically to combat this cycle pond owners add chemicals and herbicides to kill pond weeds quickly. Unfortunately this only acerbates the problem by adding more muck from dead vegetation to the bottom of the pond. The decaying plant material further depletes the oxygen levels. Extensive chemical usage can also result in residual build up in the sediments and fish.

The Right Solution to Pond Weeds

The solution is to increase dissolved oxygen levels so that nutrients decompose aerobically. The bacteria and organisms that live in the pond need dissolved oxygen to decompose the organic sediments, and die off if the dissolved oxygen level decreases. A different type of bacteria, anaerobic bacteria, thrive in the environment when there is low or no dissolved oxygen, and these bacteria slowly digest the organic sediments and release toxic gases into the water that kill beneficial aerobic bacteria and insects.

Anaerobic digestion of pond sediments is 30-40 times slower than with aerobic digestion, allowing organic sediments levels to increase.

The ideal thing to do to save the pond, get rid of pond weeds and algae, and increase pond fish, is to stop the new nutrients from entering the pond. Since this is not always possible, the next best thing to do is to add dissolved oxygen to the pond, which will improve water quality, allowing aerobic bacteria to decompose organic matter. This process is called Pond Aeration.

Pond Aeration – The Solution

Pond aeration increases the process of oxidizing or eliminating pollution. The best pond aeration systems work by using special equipment called diffusers. Maintaining the aerobic environment will also reduce or prevent the accumulation of organic sediments. Aerobic conditions at the pond bottom benefit all aspects of the aquatic environment, reduce algae and pond weeds, and prevent sediment build up.

About The Author
Sue McCrossin is a freelance writer working with CLEAN-FLO to inform people about pond weeds and the process of pond aeration. For more information about pond aeration visit our site today!

Fall Pond Cleaning

Fall Pond Cleaning
by: Brett Fogle


Doing a full pond cleaning during the colder winter months can be very stressful on your fish. However, if the pond is really dirty and full of 'muck' - then you may want to consider it because all of the decaying organic matter in the pond can cause problems if the pond ices over, and this begins to de-gas and rot.

So, I think the best solution, and what we used to do for our clients was do a partial Fall pond cleaning.

Here's how to do it:

First, get a container that will hold roughly 100 gallons or so, or up to half of your pond volume (bigger is better). Then take a pump with a hose, and pump out the relativel 'clean' water from your pond by holding the pump just beneath the water surface. Keep as much of the 'old' pond water as you can. Then, catch your fish (if possible) and place them into the holding tank of their own (clean) water.

Then you can either net out your leaves and dispose of them, along with any muck that you can get out also. Alternatively, you can then pump out the remaining water and do a thorough clean out, including vacuuming out the pond with a large wet/dry vac (this works great!).

Then refill the pond back up to the level it was at before disposing of the water, de-chlorinate the water, and adjust the pH to match that of the 'old' water in your holding tank. At this point, start pumping new water from the pond into your holding tub, and then pumping the mixture back into the pond. Do this for 15-20 minutes until the new water mixture matches that in the pond - and then pump the remaining water back into your pond while netting your fish back in as well.

But it's very important not to expose your fish to new water conditions too quickly as differences in temperature and pH can cause extreme stress to your fish, affect the immune system, and even cause shock or fish death. So always be careful when changing water.

About The Author

Brett Fogle is the owner of several pond-related websites like http://www.MacArthurWatergardens.com and two others including http://www.Pond-Filters-Online.com and http://4-pond-pumps.com. He also publishes a free monthly newsletter called PondStuff! with a reader circulation of over 9,000. Sign up for the FREE newsletter and receive our complimentary New Pond Owners Guide!

brett@macarthurwatergardens.com

Sabtu, 03 April 2010

Fish Seed Predator Group (Egret and Blekok)

Fish Seed Predator Group (Egret and Blekok)

Birds egret (Ardeola, Sp) and blekok (Egreta, sp) if at first glance to have a very similar figure with a crane. Generally people think that the birds are similar. Blekok birds and bird heron has long legs and neck with a crane, the only difference is when the fly, a bird flying egret at neck forming the letter "s" and not be straightened, while the birds of the stork family (Ciconiidae) to straighten the neck and leg stretches -legs while flying.
Classification of birds and egrets blekok:

Kingdom: Animalia
Phylum: cordata
Class: Aves
Order: Ciconiiformes
Family: Ardeida (Family egrets) and Egreta (blekok family)


spread of this bird is almost spread all over the world, their habitat in the wetlands, on the coasts or on reefs. The main food of birds egrets and this blekok namely, fish, frogs, and invertebrates.

both birds egrets and birds of prey groups blekok both are very detrimental to fish seed for farmers and fish farmers.

Kelompok Predator Benih Ikan (Burung Kuntul dan Blekok)

Kelompok Predator Benih Ikan (Burung Kuntul dan Blekok)

Burung kuntul(Ardeola, Sp) dan blekok (Egreta, sp) bila dilihat sekilas mempunyai sosok yang sangat mirip dengan burung bangau. Umumnya orang mengira bahwa burung-burung ini sejenis. Burung blekok dan burung kuntul memiliki kaki dan leher yang panjang sama dengan burung bangau, perbedaannya yaitu pada waktu terbang, burung kuntul pada waktu terbang lehernya membentuk huruf "s" dan tidak diluruskan, sedangkan burung dari keluarga bangau (Ciconiidae) meluruskan leher dan merentangkan kaki-kakinya sewaktu terbang.
Klasifikasi burung bangau dan kuntul :

Kingdom : Animalia
Filum : Cordata
Kelas : Aves
Ordo : Ciconiiformes
Famili : Ardeida (Keluarga kuntul) dan Egreta (keluarga blekok)


penyebaran burung ini hampir tersebar di seluruh dunia, habitatnya pada lahan basah, di pantai-pantai atau pada terumbu karang. makanan utama burung kuntul dan blekok ini yaitu, ikan, katak, dan hewan invertebrata.

baik burung kuntul maupun burung blekok keduanya merupakan kelompok pemangsa benih ikan yang sangat merugikan bagi petani dan pembenih ikan.

Mengintip hilir rumput laut

Mengintip hilir rumput laut

Kebijakan buka tutup ekspor menjamin pasokan bahan baku
Rumput laut menjadi komoditas utama pemacu peningkatan hasil laut. Namun sejauh ini, peran Indonesia hanya berhenti sebagai pedagang komiditas itu. Sementara, nilai tambah industri berbasis rumput laut yang dinikmati di dalam negeri masih jauh panggang dari api. Setidaknya sekitar 20 unit pabrik pengolahan rumput laut di dalam negeri pun belum beroperasi optimal karena alasan bahan baku.

Itu mengapa Indonesia hanya berhenti sebagai pedagang karena bahan baku rumput laut lebih banyak mengalir ke negara lain, seperti China dan Filipina. Nilai tambah produk olahannya pun lebih banyak dinikmati negara lain dan masuk ke Indonesia sebagai barang konsumsi impor. Ironis!

Tidak berlebihan jika pemerin-, tah berencana menerapkan kebijakan buka tutup ekspor rumput laut pada 2012 untuk mengoptimalkan suplai bahan baku komoditas ini ke industri hilir di dalam negeri. Direktur Usaha dan Investasi Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan Victor Nikijuluw menuturkan lima unit pabrik pengolahan rumput laut ini akan berdiri di Semarang, Surakarta, Maumere, Pulau Seram Barat, dan Sulawesi Tenggara.

"Lima industri pengolahan ini diperkirakan akan menyerap 300 ton hingga 500 ton per bulan rumput laut kering. Investasi setiap pabrik diperkirakan mencapai Rp30 miliar hingga RpSO miliar," ujarnya kemarin. Menurut dia, upaya ini untuk membuka industri pengolahan rumput laut ini sebagai persiapan rencana diberlakukannya sistem buka tutup untuk ekspor rumput laut.

Victor menyatakan saat ini 85% impor produk rumput laut dikirimkan ke China, Filipina, dan Malaysia, sementara sisanya dipasok untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Sebelumnya, Wakil Menteri Perindustrian Alex S.W. Retrau-bun menyatakan Indonesia membutuhkan investasi baru hingga Rpl triliun dalam 5 tahun ke depan untuk membangun industri pengolahan rumput laut.

"Selama puluhan tahun Indonesia menjadi produsen rumput laut terbesar di dunia dengan total produksi sekitar 600.000 ton rumput laut kering per tahun atau setara dengan 50% produksi dunia yang mencapai 1,2 juta ton pertahun."

Namun demikian, keluhnya, sebagian besar produksi rumput laut masih diekspor dalam bentuk bahan mentah sehingga nilai tambah rendah.

"Struktur industri rumput laut di dalam negeri masih kosong. Dibutuhkan investasi Rp600 mi-liar-Rpl triliun untuk mengembangkan industri pengolahannya. Padahal, potensi bahan baku kita ini besar dan hampir seluruhnya diekspor."

Banyak kendala

Victor megakui banyak kendala yang dirasakan oleh industri pengolahan rumput laut ini. Setidaknya sekitar 20 industri pengolahan tidak semua utilisasinya maksimal. Hal itu disebabkan oleh pengusaha enggan untuk mencadangkan bahan baku rumput laut.

Pengusaha merasa bisa mendapatkan rumput laut kapan saja dengan demikian mereka tidak pernah memenuhi gudang dengan maksimal. Selain itu, katanya, banyak pedagang yang membeli rumput laut dari petani dan bersaing dengan industri pengolahan rumput laut ini.

"Jadi ketika pedagang ini memberikan harga yang lebih besar dibandingkan industri dengan selisih yang sebenarnya tidak terlalu signifikan, petani condong menjual pada harga beli yang lebih tinggi," katanya. Menurut Victor, industri memang tidak dapat memberikan harga yang terlalu tinggi karena sudah berinvestasi pada pola kemitraan dan pembinaan masyarakat lokal.

Oleh karena itu, tambahnya, pemerintah mendorong agar industri dapat mengembangkan pola kemitraan dengan petani. Dengan demikian, katanya, aksi beli rumput laut secara on the spot dapat berubah menjadi kontrak yang jangka panjang.

Di sisi lain, katanya, hal ini .ikan mengikat petani agar tidak menjual rumput laut ke pedagang lain. Menyoal keterlibatan perbankan, Alex optimistis potensi bisnis rumput laut ini lambat laun akan dilirik perbankan sehingga masalah pendanaan bagi sektor ini dapat dicarikan jalan keluarnya.

"Industri ini bahkan telah dimasukkan Kementerian Perindustrian sebagai sektor pionir untuk mendapatkan fasilitas pajak," tegasnya. Rumput laut, ujarnya, merupakan komoditas yang dapat berkembang subur di perairan Indonesia. Dengan masa tanam yang relatif singkat yakni hanya 45 hari, komoditas ini justru bisa dijual dengan harga relatif tinggi yakni sekitar Rp7.000-Rp 10.000 per kg.

Di dalam rancangan cetak biru industri rumput laut nasional, lanjut Alex, Kemenperin akan mendongkrak produksi rumput laut hingga 389% dari 2,57 juta ton menjadi 10 juta ton pada 2014. Yang terpenting sebenarnya adalah koordinasi dua instansi ini, yaitu Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Selama ini, dua instansi ini masih memiliki kebijakan yang tumpang-tindih untuk mengembangkan rumput laut.

Jika rumput laut memang layak dijadikan komoditas ung-gulanjebih baik pemerintah segera mengambil komitmen nasional. Mengandalkan Kemenperin atau KKP saja, rumput laut hanya akan berhenti dijual kering seperti selama ini. (dieno.lestari@-bisnts.co. id/aprikn. hemanda@bisnis. co.id)Mengintip hilir rumput laut

Kebijakan buka tutup ekspor menjamin pasokan bahan baku

OLEH DIENA LESTARI
&
APRIKA R. HERNANDA

Bisnis Indonesia

Rumput laut menjadi komoditas utama pemacu peningkatan hasil laut. Namun sejauh ini, peran Indonesia hanya berhenti sebagai pedagang komiditas itu. Sementara, nilai tambah industri berbasis rumput laut yang dinikmati di dalam negeri masih jauh panggang dari api. Setidaknya sekitar 20 unit pabrik pengolahan rumput laut di dalam negeri pun belum beroperasi optimal karena alasan bahan baku.

Itu mengapa Indonesia hanya berhenti sebagai pedagang karena bahan baku rumput laut lebih banyak mengalir ke negara lain, seperti China dan Filipina. Nilai tambah produk olahannya pun lebih banyak dinikmati negara lain dan masuk ke Indonesia sebagai barang konsumsi impor. Ironis!

Tidak berlebihan jika pemerin-, tah berencana menerapkan kebijakan buka tutup ekspor rumput laut pada 2012 untuk mengoptimalkan suplai bahan baku komoditas ini ke industri hilir di dalam negeri. Direktur Usaha dan Investasi Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan Victor Nikijuluw menuturkan lima unit pabrik pengolahan rumput laut ini akan berdiri di Semarang, Surakarta, Maumere, Pulau Seram Barat, dan Sulawesi Tenggara.

"Lima industri pengolahan ini diperkirakan akan menyerap 300 ton hingga 500 ton per bulan rumput laut kering. Investasi setiap pabrik diperkirakan mencapai Rp30 miliar hingga RpSO miliar," ujarnya kemarin. Menurut dia, upaya ini untuk membuka industri pengolahan rumput laut ini sebagai persiapan rencana diberlakukannya sistem buka tutup untuk ekspor rumput laut.

Victor menyatakan saat ini 85% impor produk rumput laut dikirimkan ke China, Filipina, dan Malaysia, sementara sisanya dipasok untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Sebelumnya, Wakil Menteri Perindustrian Alex S.W. Retrau-bun menyatakan Indonesia membutuhkan investasi baru hingga Rpl triliun dalam 5 tahun ke depan untuk membangun industri pengolahan rumput laut.

"Selama puluhan tahun Indonesia menjadi produsen rumput laut terbesar di dunia dengan total produksi sekitar 600.000 ton rumput laut kering per tahun atau setara dengan 50% produksi dunia yang mencapai 1,2 juta ton pertahun."

Namun demikian, keluhnya, sebagian besar produksi rumput laut masih diekspor dalam bentuk bahan mentah sehingga nilai tambah rendah.

"Struktur industri rumput laut di dalam negeri masih kosong. Dibutuhkan investasi Rp600 mi-liar-Rpl triliun untuk mengembangkan industri pengolahannya. Padahal, potensi bahan baku kita ini besar dan hampir seluruhnya diekspor."

Banyak kendala

Victor megakui banyak kendala yang dirasakan oleh industri pengolahan rumput laut ini. Setidaknya sekitar 20 industri pengolahan tidak semua utilisasinya maksimal. Hal itu disebabkan oleh pengusaha enggan untuk mencadangkan bahan baku rumput laut.

Pengusaha merasa bisa mendapatkan rumput laut kapan saja dengan demikian mereka tidak pernah memenuhi gudang dengan maksimal. Selain itu, katanya, banyak pedagang yang membeli rumput laut dari petani dan bersaing dengan industri pengolahan rumput laut ini.

"Jadi ketika pedagang ini memberikan harga yang lebih besar dibandingkan industri dengan selisih yang sebenarnya tidak terlalu signifikan, petani condong menjual pada harga beli yang lebih tinggi," katanya. Menurut Victor, industri memang tidak dapat memberikan harga yang terlalu tinggi karena sudah berinvestasi pada pola kemitraan dan pembinaan masyarakat lokal.

Oleh karena itu, tambahnya, pemerintah mendorong agar industri dapat mengembangkan pola kemitraan dengan petani. Dengan demikian, katanya, aksi beli rumput laut secara on the spot dapat berubah menjadi kontrak yang jangka panjang.

Di sisi lain, katanya, hal ini .ikan mengikat petani agar tidak menjual rumput laut ke pedagang lain. Menyoal keterlibatan perbankan, Alex optimistis potensi bisnis rumput laut ini lambat laun akan dilirik perbankan sehingga masalah pendanaan bagi sektor ini dapat dicarikan jalan keluarnya.

"Industri ini bahkan telah dimasukkan Kementerian Perindustrian sebagai sektor pionir untuk mendapatkan fasilitas pajak," tegasnya. Rumput laut, ujarnya, merupakan komoditas yang dapat berkembang subur di perairan Indonesia. Dengan masa tanam yang relatif singkat yakni hanya 45 hari, komoditas ini justru bisa dijual dengan harga relatif tinggi yakni sekitar Rp7.000-Rp 10.000 per kg.

Di dalam rancangan cetak biru industri rumput laut nasional, lanjut Alex, Kemenperin akan mendongkrak produksi rumput laut hingga 389% dari 2,57 juta ton menjadi 10 juta ton pada 2014. Yang terpenting sebenarnya adalah koordinasi dua instansi ini, yaitu Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Selama ini, dua instansi ini masih memiliki kebijakan yang tumpang-tindih untuk mengembangkan rumput laut.

Jika rumput laut memang layak dijadikan komoditas ung-gulanjebih baik pemerintah segera mengambil komitmen nasional. Mengandalkan Kemenperin atau KKP saja, rumput laut hanya akan berhenti dijual kering seperti selama ini.



Sumber : Bisnis Indonesia Hal :i7

Indoor Ponds Keep Plants and Fish Healthy During Winter Months

Indoor Ponds Keep Plants and Fish Healthy During Winter Months
by: Rob Bernabe


If you’ve never seen an indoor fish pond or are of the mind that the only place for a fishpond is outdoors, it’s time to readjust your thinking. Many people love the idea of having a goldfish or Koi pond in their lawn and garden area but find the reality isn’t always as wonderful as the fantasy.

Every winter runs the risk of losing the plant and fish life in your pond with the first freeze. As a result, more and more people are coming up with a method for bringing the outdoors, in and forming your very own pond indoors is a beautiful alternative to a tired old aquarium. While an indoor pond doesn’t have to be beautiful in order to be functional, you can choose to make it a focal point and conversation piece quite easily.

A fairly simple and inexpensive way to craft an indoor pond this winter season is by using interlocking landscaping blocks to form a basic outline, and place a pre molded plastic pond liner (to avoid leaks), and other landscaping items such as rocks, plants, and soil in order to fill in the gaps. Others have even used a plastic kiddie pool for the fish and disguised the pool by hiding it with bricks or landscaping rocks.

The main purpose of indoor ponds is to protect your fish and plant life from the extreme winter weather conditions. It is quite easy to move the fish and plants from one pond to another. Be sure to keep the indoor pond regulated for temperature and water freshness by using proper equipment. Taking these precautions should keep your Koi fish and your plants healthy throughout the harsher winter months.

About The Author
Rob Bernabe invites you to http://www.artificialgardens.com, your water gardening center. Here we provide tips on water fountain and waterfall ideas. For additional information on related Koi ponds, check out http://www.artificialgardens.com/Building-Koi-Ponds-Can-Create-A-Beautiful-Relaxing-Atmosphere.html on benefits of building Koi ponds.

Business delicious smoked Catfish

Business delicious smoked Catfish



Smoked catfish may create some communities in Indonesia is still a foreign food. When calling these whiskered fish meal from the shadow usually pecel catfish (catfish flavored sauce), dazed catfish, or curry catfish because these foods are practically been populist and stalls or restaurants that provide also have spread in almost all regions Indonesia.

Yes, smoked catfish, may be more widely known in West Sumatra or several areas in Sumatra, because the types of food such as catfish in a dried through evaporation proswes this is original from West Sumatra.

Smoked fish quite well attended, in addition to nutritious, it's also more tasty fish than usual. Almost all species of fish can be smoked, but most preferred is the smoked catfish.

Not only delicious and nutritious apparently smoked catfish have a relatively high economic potential to be a worthy effort, so if the opportunity was developed by the community.

One of the businessmen who elaborates smoked catfish Desfialti the region of West Sumatra, which since 1989 the business wrestle with an initial capital of smoked fish Rp200.000, to buy pellets (food fish), 50 kg and 1500 tail catfish seedlings.

Problem There are two kinds of prices, Sali raw catfish (packing) weighing 300 grams with the price of 30,000, and smoked fast food (packing) weighing 200 grams price of 300,000.

From the calculation effort can be known to 3 kg of fish produced 1 kg of wet smoke catfish. If 3 kg of fresh catfish around Rp36.000 then salt and firewood Rp3.000 10,000, 10,000 wage labor and the selling price smoked catfish Rp70.000 the profits gained around Rp11.000 / kg of smoked catfish. An enticing enough profit.

Meanwhile Zarpendi who pursue business Pasaman smoked catfish in the West since 2005 reveals pengelolahannya although still in a traditional process and simple, but the Family SMEs are able to produce around 500 kg per week, which sold Rp 75,000 / kg to the whole of West Sumatra.

Still Traditional

During the manufacture of smoked catfish are still using traditional tools, just use the oven curing process. First catfish sorted, then split so that the form of broad, gills and entrails removed, then washed and drained, seasoned and aged for 15 minutes to allow the flavors to infuse.

Catfish are regularly placed on the equipment contained within the oven terai fogging, fumigation process was continued to approximately two days during working hours with low heat until the catfish dry evenly.

After that catfish are removed from the oven and diangin-winds at room temperature, after cold smoked catfish and then packed with plastic bags and cardboard polythylene already dipriting duplex.

The process of making smoked catfish, fast food, raw and smoked catfish same. The difference for smoked continued to fast food frying process and delivery of seasoning. While for catfish wastes in the form of gills and entrails of fish used as food by selling value of Rp 1,500 per kg.

Smoked catfish market now not only in the territory of West Sumatra, but has expanded into new week, Jambi, Batam, Tanjung Pinang, Jakarta and even export to Malaysia and has been running for three years.

Although the chances of prospective enough however does not mean business this catfish salal no problems. A number of barriers that often face the perpetrators in this business, such as limitations of the available equipment (manual), so the quality of the product that produced less good especially when produced in large numbers.

Supermarkets difficulties to penetrate the market because the consignment payment even though the product has sold well but late payments.

Marketing in the Padang region only in Titipkan at the store - a store distinguished Seller typical food of West Sumatra.

Limited capital for product development or investment, it is very difficult to obtain soft loans with interest and preparation of collateral.

However, by looking at the potential of catfish which is relatively abundant in almost all parts of Indonesia, it seems like the smoked fish processing business, it is prospective, not only developed in West Sumatra but also in the homeland.



Source: Magazine Demersal

Jumat, 02 April 2010

Kelompok predator ikan yang berukuran besar (burung bangau)

Kelompok predator ikan yang berukuran besar :
Burung
Burung merupakan kelompok dari hewan besar yang mempunyai sipat rakus. Hewan ini belum bisa untuk berhenti memangsa ikan bila perutnya belum benar-benar kenyang.
Burung akan mudah memangsa ikan pada ikan yang mempunyai warna yang mencolok seperti warna merah, kuning, karena burung mempunyai kemampuan penglihatan yang bagus terhadap warna ikan yang mencolok. Beberapa jenis burung yang sering memangsa ikan yaitu diantaranya : bangau, kuntul, blekok, ibis, serta burung raja udang.

a. burung bangau

Burung bangau adalah sebutan dari burung untuk keluarga Ciconiidae, ciri-cirinya yaitu badan berukuran besar, berkaki dan berleher panjang, serta mempunyai paruh yang besar, kuat dan tebal. Sistematika burung tersebut adalah, sebagai berikut :

Kingdom : Animalia
Filum : Cordata
Kelas : Aves
Ordo : Ciconiidae
Famili : Ciconiidae

habitat bangau biasanya pada daerah yang mempunyai iklim yang hangat (tropis) seperti di Indonesia dan beberapa daerah subtropis. makanan utama burung ini yaitu : Katak, Ikan, serangga, cacing, Burung kecil dan mamalia kecil dari lahan basah dan pantai. Burung ini merupakan Pemangsa yang menjadi ancaman bagi para pembenih ikan, karena memakan ikan dalam jumlah yang besar.

Minapolitan Terapkan Konsep Inti-Plasma

Minapolitan Terapkan Konsep Inti-Plasma



Program Minapolitan (Kola Perikanan) yang akan diterapkan di Pelabuhan Ratu Kab. Sukabumi, dilaksanakan melalui konsep kerjasama usaha Inti - Plasma. Dalam pengelolaan usaha inti-plasma itu, akan dibentuk sebuah jaringan usaha antara industri perikanan dengan beberapa unit usaha yang dijalankan oleh masyarakat nelayan dan pesisir. Melalui jaringan usaha inti-plasma ini, semua kegiatan perikanan dari hulu sampai hilir akan terintegrasi dalam satu manajemen usaha. Adapun tujuan program Minapolitan melalui konsep inti-plasma ini, tak lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan dan pesisir di Pelabuhan Ratu (PPNP, Ir.Arief Rahman Lamatta,M.M., ketika ditemui di kantornya di Dermaga I Pelabuhan Ratu,Selasa (30/3). Menurut dia, program Minapolitan dengan konsep usaha inti-plasma itu dilakukan di bawah pengelolaan Pemkab Sukabumi. Untuk usaha intinya akan dikelola langsung oleh PPNP dengan membawahi sejumlah unit bisnis perikanan. Sementara usaha plasma, dikerjakan oleh beberapa unit usaha yang dilakukan kelompok masyarakat nelayan dan pesisir (A-67)





Sumber : Pikiran Rakyat, 31 Maret 2010.Hal.5

Seed predator fish

Seed predator fish

Predators are also known as the predator, is a foreign term to refer to pet nuisance pests
in this case is the fish fry. Predator is basically an animal Carnivora (meat eaters)
ie stalking prey with its target.
Predator fish are there that come / came from outside and have a life together with the fish fry are kept.
Generally, seed predators who prey on fish that are higher animals which can directly disrupt or
threatening the life of fish reared fish farmers.
Seed predator fish can be divided into several groups, namely:
1. Group of large predatory animals
- Birds
- Turtle-Turtle
- Crab / crabs
- Beaver
- Monitor lizards
- Snake
- Frog
- Lizard


2. predatory fish wild
- Catfish
- Eel


3. group of small predatory animal (insect Water)
- Ucrit (larvae cybister)
- Notonecta
- Kini-kini

Kamis, 01 April 2010

Predator Benih ikan

Predator Benih ikan

Predator yaitu disebut juga sebagai pemangsa, merupakan istilah asing untuk menyebut hama pengganggu hewan peliharaan
dalam hal ini adalah benih ikan. Predator pada dasarnya adalah merupakan hewan carnivora (pemakan daging)
yaitu memangsa dengan mengintai targetnya.
Predator benih ikan ada yang berasal/datang dari luar dan ada yang hidup bersama dengan benih ikan yang dipelihara.
Umumnya predator yang memangsa benih ikan yaitu merupakan hewan tingkat tinggi yang bisa langsung mengganggu atau
mengancam kehidupan benih ikan yang dipelihara pembudidaya ikan.
Predator Benih ikan dapat dibagi kedalam beberapa kelompok, yaitu :
1. Predator Kelompok hewan besar
- burung
- labi-labi
- kepiting/ketam
- Berang-berang
- biawak
- ular
- katak
- kadal


2. predator ikan buas
- ikan gabus
- belut


3. predator kelompok hewan kecil (serangga Air)
- ucrit (larva cybister)
- notonecta
- kini-kini

Rabu, 31 Maret 2010

RISIKO USAHA PEMBENIHAN IKAN

RISIKO USAHA PEMBENIHAN IKAN

Pada masa benih ikan mempunyai laju pertumbuhan yang cepat. Agar bisa mencapai pertumbuhan yang maksimal maka ikan memerlukan asupan nutrisi yang lengkap terutama kebutuhan protein yang diperlukan untuk pertumbuhan. Pakan yang berkualitas diperlukan bila kita ingin memaksimalkan pertumbuhan. Pakan yang diberikan untuk usaha pembenihan ikan biayanya lebih mahal dari pada usaha pembesaran.
hal ini memberikan konsekwensi terhadap tingginya biaya produksi pada usaha pembenihan ikan. Kemudian selain itu pada usia benih, ikan memiliki kondisi tubuh yang lemah gerakannya lambat dan belum memiliki kemampuan perlindungan diri dari serangan hama dan penyakit.

keadaan tersebut menunjukan meskipun usaha pembenihan menjanjikan perolehan keuntungan yang besar, tetapi di balik itu usaha pembenihan mempunyai resiko usaha yang tinggi. Resiko ini bisa muncul apabila pembenih tidak bisa menekan tingkat mortalitas benih. Tingkat mortalitas benih yang tinggi ini umumnya terjadi akibat keteledoran pembenih terutama lemahnya upaya pengendalian terhadap hama (predator) Pemangsa benih.

10 Wide Open Tips For Food Safety In The Great Outdoors

10 Wide Open Tips For Food Safety In The Great Outdoors
by: Terry Nicholls


Hiking, camping, and boating are good activities for active people and families. However, if the food isn't handled correctly, food-borne illness can be an unwelcome souvenir.

1. Choose foods that are light enough to carry in a backpack and that can be transported safely. Keep foods either hot or cold. Since it's difficult to keep foods hot without a heat source, it's best to transport chilled foods. Refrigerate or freeze the food overnight. What foods to bring? For a day hike, just about anything will do as long as you can fit it in your backpack and keep it cold -- sandwiches, fried chicken, bread and cheese, and even salads -- or choose non- perishable foods.

2. Keep everything clean. Remember to bring disposable wipes if you're taking a day trip. (Water is too heavy to bring enough for cleaning dishes!)

3. It's not a good idea to depend on fresh water from a lake or stream for drinking, no matter how clean it appears. Some pathogens thrive in remote mountain lakes or streams and there's no way to know what might have fallen into the water upstream. Bring bottled or tap water for drinking. Always start out with a full water bottle and replenish your supply from tested public systems when possible. On long trips you can find water in streams, lakes, and springs, but be sure to purify any water from the wild, no matter how clean it appears.

4. If you're backpacking for more than a day, the food situation gets a little more complicated. You can still bring cold foods for the first day, but you'll have to pack shelf-stable items for the next day. Canned goods are safe, but heavy, so plan your menu carefully. Advances in food technology have produced relatively lightweight staples that don't need refrigeration or careful packaging. For example:

==> peanut butter in plastic jars;

==> concentrated juice boxes;

==> canned tuna, ham, chicken, and beef;

==> dried noodles and soups;

==> beef jerky and other dried meats;

==> dehydrated foods;

==> dried fruits and nuts; and

==> powdered milk and fruit drinks.

5. If you're cooking meat or poultry on a portable stove or over a fire, you'll need a way to determine when it's done and safe to eat. Color is not a reliable indicator of doneness, and it can be especially tricky to tell the color of a food if you're cooking in a wooded area in the evening. It's critical to use a food thermometer when cooking hamburgers. Ground beef may be contaminated with E. coli, a particularly dangerous strain of bacteria. Illnesses have occurred even when ground beef patties were cooked until there was no visible pink. The only way to insure that ground beef patties are safely cooked is to use a food thermometer, and cook the patty until it reaches 160° F. Be sure to clean the thermometer between uses.

6. To keep foods cold, you'll need a cold source. A block of ice keeps longer than ice cubes. Before leaving home, freeze clean, empty milk cartons filled with water to make blocks of ice, or use frozen gel-packs. Fill the cooler with cold or frozen foods. Pack foods in reverse order. First foods packed should be the last foods used. (There is one exception: pack raw meat or poultry below ready-to-eat foods to prevent raw meat or poultry juices from dripping on the other foods.)

7. Camping supply stores sell biodegradable camping soap in liquid and solid forms. But use it sparingly, and keep it out of rivers, lakes, streams, and springs, as it will pollute. If you use soap to clean your pots, wash the pots at the campsite, not at the water's edge. Dump dirty water on dry ground, well away from fresh water. Some wilderness campers use baking soda to wash their utensils. Pack disposable wipes for hands and quick cleanups.

8. If you're planning to fish, check with your fish and game agency or state health department to see where you can fish safely, then follow these guidelines for Finfish:

==> Scale, gut, and clean fish as soon as they're caught.

==> Live fish can be kept on stringers or in live wells, as long as they have enough water and enough room to move and breathe.

==> Wrap fish, both whole and cleaned, in water-tight plastic and store on ice.

==> Keep 3 to 4 inches of ice on the bottom of the cooler. Alternate layers of fish and ice.

==> Store cooler out of the sun and cover with a blanket.

==> Once home, eat fresh fish within 1 to 2 days or freeze them. For top quality, use frozen fish within 3 to 6 months.

9. If using a cooler, leftover food is safe only if the cooler still has ice in it. Otherwise discard leftover food.

10. Whether in the wild or on the high seas, protect yourself and your family by washing your hands before and after handling food.

Copyright (c) Terry Nicholls. All Rights Reserved.

About The Author

Terry Nicholls is the author of the eBook "Food Safety: Protecting Your Family From Food Poisoning". For more tips like these, and to learn more about his book, visit his website at http://tinyurl.com/3fr2t
yourguides@cogeco.ca

Selasa, 30 Maret 2010

Pulau Kecil dan Terluar Dorong Minat Investor Lokal

Pulau Kecil dan Terluar Dorong Minat Investor Lokal


Keinginan pemerintah membuka peluang investasi di 12 pulau kecil dan terluar Indonesia disambut positif pelaku usaha. Namun, sebaiknya hal itu diiringi upaya mendorong pemodal dalam negeri untuk berinvestasi.

Menurut Ketua Asosiasi Gabungan Pengusaha Perikanan Indonesia (Gapindo) Herwindo, diperlukan keterlibatan pemerintah daerah dan investor lokal dalam mengelola pulau kecil dan terluar.

Keterlibatan investor dalam negeri, kata Herwindo, lebih menjamin penyerapan tenaga kerja lokal dan kemitraan dengan masyarakat setempat. ”Tanpa kerja sama dengan investor lokal atau masyarakat setempat, investasi di pulau terluar berpotensi menuai masalah,” ujar Herwindo di Jakarta, Senin (29/3).

Hal senada dikemukakan Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Moneter, Kebijakan Publik, dan Fiskal Haryadi Sukamdani. Dia menegaskan, pengelolaan pulau kecil dan terluar adalah langkah tepat untuk membangkitkan perekonomian pulau dan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Namun, kata Haryadi, pemerintah perlu menyosialisasikan kepada investor dalam negeri mengenai peluang investasi tersebut. Dengan demikian, investor lokal bisa menentukan langkah investasi. ”Pengembangan kawasan oleh investor dalam negeri akan memudahkan pengawasan dan pemberdayaan masyarakat sekitar,” ujar Haryadi.

Persoalan yang kerap dihadapi investor dalam negeri dalam pengelolaan pulau kecil dan terluar, menurut Haryadi, adalah minimnya jaringan pasar. Sementara investor asing memiliki jaringan pasar yang kuat serta dapat mengemas dan menjual potensi pulau.

Kepala Riset Pusat Kajian Pembangunan Kelautan dan Peradaban Maritim Suhana mengemukakan, jika pemerintah mendorong badan usaha milik negara (BUMN) sangat dimungkinkan mengelola pulau kecil.

Tiga BUMN dan BUMD yang kini bergerak di usaha pariwisata adalah PT Hotel Indonesia Natour, Bali Tourism Development Corporation, dan PT Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko.

Investasi di 12 pulau akan dibuka mulai tahun 2010, meliputi Pulau Nipah di Kepulauan Riau, beberapa pulau di Kepulauan Anambas di Kepulauan Riau, Banda Naira di Maluku Tengah, dan Banyuwangi di Jawa Timur.

Beberapa investor asing menyatakan minat berinvestasi. Investor asing tersebut dari Australia berminat di Banda Naira, investor asal Singapura berminat investasi di Pulau Nipah dan kepulauan Anambas, dan investor Maladewa di Banyuwangi.

Sumber : Kompas Hal 18

Lezatnya Bisnis Salai Ikan Lele

Lezatnya Bisnis Salai Ikan Lele



Salai lele buat sebagian masyarakat Indonesia mungkin masih merupakan makanan yang asing. Ketika menyebut santapan dari ikan berkumis tersebut yang terbayang biasanya pecel lele, mangut lele, ataupun gulai lele karena jenis makanan ini memang bisa dibilang sudah merakyat dan warung ataupun rumah makan yang menyediakan juga sudah menyebar di hampir seluruh wilayah Indonesia.

Ya, salai ikan lele, mungkin lebih banyak dikenal di Sumatera Barat atau beberapa wilayah di Sumatera, karena jenis makanan yang berupa ikan lele di keringkan lewat proswes pengasapan ini memang asli dari Sumatera Barat.

Ikan salai cukup diminati, selain bergizi, rasanya juga lebih gurih dibanding ikan- ikan biasanya. Hampir semua jenis ikan dapat dibuat salai, tetapi yang paling di sukai dalah salai ikan lele.

Tak hanya lezat dan bergizi ternyata salai ikan lele memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi untuk dijadikan sebuah usaha sehingga layak jika peluang ini dikembangkan oleh masyarakat.

Salah satu pelaku usaha yang menekuni bisnis salai ikan lele diwilayah Sumatera Barat yakni Desfialti, yang sejak 1989 menggeluti usaha salai ikan dengan modal awal Rp 200.000, untuk membeli pelet (makanan ikan) 50 kg dan bibit ikan lele 1.500 ekor.

Soal harga jual ada dua macam, sali lele mentah ( packing) seberat 300 gram dengan harga Rp 30.000, dan salai siap saji (packing) seberat 200 gram harga Rp 300.000.

Dari perhitungan usaha dapat diketahui untuk 3 kg ikan basah dihasilkan 1 kg lele asap. Jika ikan lele segar 3 kg sekitar Rp 36.000 kemudian garam Rp 3.000 dan kayu bakar Rp 10.000, upah tenaga kerja Rp 10.000 serta harga jual ikan lele asap Rp 70.000 maka keuntungannya yang didapat sekitar Rp 11.000/ kg lele asap. Sebuah keuntungan yang cukup menggiurkan.

Sementara itu Zarpendi yang menekuni usaha salai lele di Pasaman Barat sejak 2005 mengungkapkan walaupun proses pengelolahannya masih secara tradisionil dan sederhana, tetapi UKM Family mampu menghasilkan sekitar 500 kg per minggunya, yang dijual Rp 75.000 /kilogram ke seluruh Sumatera Barat.

Masih Tradisional

Selama ini pembuatan salai lele masih memakai alat tradisional, hanya proses pengasapan memakai oven. Pertama- tama ikan lele disortir, kemudian dibelah sehingga berbentuk melebar, dibuang insang dan isi perutnya, lantas dicuci dan ditiriskan, diberi bumbu dan didiamkan selama 15 menit agar bumbu meresap.

Ikan lele diletakkan secara teratur di atas alat terai yang terdapat didalam oven pengasap, dilanjutkan ke proses pengasapan selama lebih kurang dua hari jam kerja dengan api kecil sampai lele kering dengan merata.

Setelah itu lele dikeluarkan dari oven dan dianginkan pada suhu kamar, setelah salai lele dingin lalu dikemas dengan menggunakan kantong plastik polythylene dan karton dupleks yang sudah dipriting.

Proses pembuatan salai lele siap saji, dan salai lele mentah sama. Bedanya untuk salai siap saji dilanjutkan ke proses penggorengan dan pemberian bumbu. Sementara untuk limbah lele yang berupa insang dan isi perut dimanfaatkan sebagai makanan ikan dengan nilai jual Rp 1.500 per kg.

Salai lele kini pasarnya tidak hanya di wilayah Sumbar saja, tetapi sudah merambah ke Pekan Baru, Jambi, Batam, Tanjung Pinang, Jakarta dan bahkan ekspor ke Malaysia dan sudah berjalan selama tiga tahun.

Meskipun peluangnya cukup prospektif namun demikian bukan berarti usaha salali ikan lele ini tidak ada kendala. Sejumlah hambatan yang sering di hadapi para pelaku usaha ini seperti keterbatasan peralatan yang tersedia (masih manual) sehingga mutu produk yang di hasilkan kurang baik terutama saat memproduksi dalam jumlah besar.

Kesulitan untuk menembus pasar Swalayan karena pembayaran secara konsinyasi bahkan walaupun produk sudah laku terjual tetapi pembayaran terlambat.

Pemasran di wilayah Padang terbatas hanya di titipkan pada toko - toko ternama Penjual makanan khas Sumatera Barat.

Keterbatasan modal untuk pengembangan produk maupun investasi, sangat sulit untuk mendapatkan kredit dengan bunga lunak dan penyiapan agunan.

Namun demikian dengan melihat potensi ikan lele yang cukup melimpah di hampir seluruh wilayah Indonesia, nampaknya usaha pengolahan ikan seperti salai ini cukup prospektif, tak hanya dikembangkan di Sumatera Barat namun juga di tanah air.



Sumber : Majalah Demersal

Aquarium Questions - Cleaning Your Aquarium?

Aquarium Questions - Cleaning Your Aquarium?
by: Addison Ercanbrack



* Why does my aquarium stink?

When the mosses mix with the water, the water becomes dense and sticky. Mosses live through in the oxygen in the water. They excrete carbon dioxide that causes the water to become stinky.

* Why is my aquarium green?

The green colors that appear in your aquarium are mosses. They are water plants that serve as foods for the fishes. Sometimes the green pigment will mix with the water causing it to blur.

* How do I clean my aquarium?

When your aquarium already has noticeable mosses around it and already emits an unpleasant smell, it's time to clean your aquarium. Cleaning an aquarium is as easy as washing dishes in the sink. All you have to do is remove the fish in your aquarium first. Transfer them temporarily to a bowl or a pail with water. After transferring the fish into the bowl remove and discard the stinky water in your aquarium. Remove all other equipment in your aquarium including rocks and accessories.

Wipe your aquarium with a smooth surface sponge so that the glass will not be scratched. You may use other glass cleaning substances but be sure to rinse the glass thoroughly before putting the fish back in. The substances you have used may contaminate your pets and can damage their skin. If you use tap water to refill your tank, be sure to treat it first with a chorine neutralizer. Again, the chlorine in tap water can damage fish and frog's skin.

* What cleaning supplies do I need for my aquarium?

Cleaning your aquarium does not need complicated tools, supplies and processes. All you need are smooth-surface sponges, a small amount of glass cleaner and water. A small brush may also be used to clean your aquarium accessories. Soap may also be ideal to use instead of glass cleaner. Just be sure that whatever substance you use you clean thoroughly. As mentioned above, the cleaners may contaminate and damage your pet. So, be sure to rinse the aquarium well.

* What do I do with the fish when I clean my aquarium?

In cleaning your aquarium, you have to transfer your fish into a bowl with water that has been treated in advance with a chlorine neutralizer. Use a net to transfer fish to avoid accidents. Catch the fish and slowly transfer them into the bowl of treated water.

About The Author
Addison Ercanbrack is a regular contributor to aquarium and fish-related resources such as http://www.AquariumsTips.com.

Senin, 29 Maret 2010

Optimistis Menjadi Produsen Perikanan Terbesar di Dunia

Optimistis Menjadi Produsen Perikanan Terbesar di Dunia


Potensi Indonesia yang sangat besar dalam bidang perikanan, baik dari sumber daya alam, luas lahan dan iklim yang kondusif, penguasaan teknologi, serta ketersediaan sumber daya manusianya, membuat ada optimisme kita bisa menjadi produsen perikanan terbesar di dunia. Pasarnya pun masih terbuka lebar. Untuk itu, diperlukan upaya keras dan berbagai terobosan untuk menanggapi yang terbesar tersebut.
Target ini akan tercapai jika ada keseriusan dari Kementerian Kelaputan dan Perikanan (KKP) dan dukungan semua sektor, seperti Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Keuangan, Kementerian Pekerjaan Umum, kalangan perbankan, dan lembaga-lembaga riset. Mampukah Indonesia mencapai produsen perikanan terbesar menjadi tema tulisan laporan khusus kali ini yang dibuat wartawan SP, Sumedi TP.

SP/YC Kurniantoro
Pekerja memanen ikan patin di Instalasi Budidaya Ikan Lahan Gambut Pulang Pisau di Desa Garung, Kecamatan Jabiren, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Seekor ikan patin di tempat itu dapat mencapai berat 3 kilogram dan dijual kepada warga sekitar dengan harga Rp 11.000 per kilogram. Lokasi tersebut akan dijadikan sentra penellitian dan pengembangan ikan di lahan gambut se-Indonesia.

Indonesia mempunyai target fantastis, menjadi penghasil produk perikanan terbesar di dunia pada 2015. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan perikanan budidaya sebagai ujung tombaknya. Produksi perikanan budidaya akan ditingkatkan menjadi 16,89 juta ton pada 2014 atau naik 353% dibandingkan produksi tahun 2009 sebesar 4,78 juta ton.
Terget ambisius Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad bukannya tanpa alasan. Dia melihat potensi yang sangat besar, baik dari sumber daya alam, luas lahan dan iklim yang kondusif, penguasaan teknologi, serta ketersediaan sumber daya manusianya. Pasarnya pun masih terbuka lebar. Untuk itu, diperlukan upaya keras dan berbagai terobosan.
Target ini akan tercapai jika ada keseriusan dari KKP sendiri dan dukungan semua sektor, seperti Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Keuangan, Kementerian Pekerjaan Umum, kalangan perbankan, dan lembaga-lembaga riset. Petambak, misalnya, memerlukan modal, dukungan infrastruktur, keterampilan manajemen, dan teknologi modern.
Menurut Fadel, Thailand, Filipina, dan Vietnam bisa merajai sektor perikanan internasional karena ada dukungan penuh dari sektor-sektor terkait. Padahal, luas lahan untuk budidaya perikanan di negara-negara itu jauh lebih kecil dari Indonesia, juga jumlah pembudidayanya. Di subsektor perikanan tangkap pun seharusnya kita jauh lebih unggul karena memiliki perairan yang sangat luas.
Indonesia memiliki sungai-sungai yang panjang dan besar, juga danau dan lahan basah yang sangat luas. Tenaga kerja pun berlimpah yang dalam waktu singkat dapat dididik dan dilatih serta diberi modal untuk berusaha di bidang perikanan. Jaringan distribusi harus dibangun, juga tempat penyimpanan yang terpadu, terutama mesin pendingin (cold starage) statis dan bisa berpindah, serta jaminan pasar.
Untuk memenuhi permintaan dalam negeri saja masih kewalahan, apalagi menjawab pasar internasional yang trennya terus meningkat. Di negara-negara maju, makan ikan sudah menjadi keharusan karena faktor pentingnya menjaga kesehatan. Jepang menjadi bangsa yang sehat dan cerdas karena budaya makan ikan setiap hari, dengan variasi menu yang kaya, bahkan dalam keadaan mentah yang segar.
Fadel yakin, target produksi perikanan yang dicanangkan secara nasional akan mendorong perikanan dilihat sebagai sumber ekonomi baru nasonal. Untuk mendukung itu, balai pembenihan dan budidaya ikan serta pusat-pusat pelatihan sudah dibangun di banyak daerah. Walaupun dinilai masih kurang dibandingkan potensinya, fasilitas itu harus dimanfaatankan secara maksimal.

Balai Layanan Usaha
Dirjen Perikanan Budidaya Made L Nurdjana mengemukakan, KKP memiliki 13 balai layanan usaha (BLU) budidaya perikanan di 13 wilayah. Siapa pun bisa belajar budi daya ikan di balai tersebut. Salah satu yang terbaik dan menjadi percontohan adalah BLU Produksi Perikanan Budidaya Karawang, Jawa Barat. Balai seluas 350 hektare ini memiliki asrama yang dapat menampung sekitar 100 orang untuk belajar usaha budidaya perikanan.
Di BLU Karawang, terbentang 337 kolam tambak udang, bandeng, nila, patin, lele, dan sidat. Balai ini juga memproduksi berbagai benih ikan, belut, kerang, dan rumput laut. Pihak swasta dan masyarakat sekitar dilibatkan dalam usaha budidaya dengan pola inti-plasma. Ikan sidat yang mirip belut berukuran besar menjadi primadona, harganya cukup tinggi dan dipesan banyak negera.
Harga sidat di pasar internasional sekitar Rp 55.000 per kg. Sedangkan harga fillet sidat mencapai Rp 100.000 per ekor. Ikan yang mengandung protein tinggi ini diekspor ke Jepang, Tiongkok, Uni Eropa, dan Amerika Serikat. Sedangkan masalah yang dihadapi BLU Karawang dan BLU lainnya adalah kurangnya cold storage. Selain itu, perlu dukungan infrastruktur jalan dan transportasi darat dan udara yang lancar.
Kepala BLU Karawang Made Suitha mengungkapkan, masih terbuka bagi pihak swasta untuk menyewah sekitar 150 ha di BLU ini. Sekitar 60 ha lahan produktif telah dimanfaatkan swasta melalui pola kerja sama operasional. Biaya sewa lahan dipatok Rp 2,5 juta per ha setiap tahun selama 2-3 tahun. Selanjutnya, pihak swasta diharapkan mandiri dan mengadopsi teknologi untuk membangun tambak sendiri.
Made Nurdjana menegaskan, peningkatan produksi perikanan budidaya memang tidak diarahkan pada semua komoditas, melainkan ditekankan pada beberapa yang potensial. Komoditas budidaya yang sudah kelihatan unggul produksinya adalah rumput laut, lele, patin, bandeng, dan kerapu. Komoditas strategis yang potensial, seperti udang, nila, mutiara, dan ikan hias juga terus dikembangkan.

Kawasan Minapolitan
Menurut Made Nurdjana, pihaknya bersama pemerintah daerah dan masyarakat akan memacu produksi perikanan budidaya melalui tiga target pembangunan. Pertama, seluruh potensi perikanan budidaya menjadi kawasan minapolitan dengan usaha yang bankable. Swasta terus didorong, juga bagaimana menekan harga pakan ikan serendah mungkin.
Kedua, seluruh sentra produksi perikanan budidaya memiliki komoditas unggulan yang menerapkan teknologi inovatif dengan kemasan dan mutu yang terjamin.
Ketiga, sarana dan prasarana perikanan budidaya mampu memenuhi kebutuhan serta diproduksi di dalam negeri dan dibangun secara terintegrasi.
Lompatan produksi budidaya bukanlah hal mustahil untuk dapat dilaksanakan.
Untuk merealisasikan target tersebut, setidaknya diperlukan adanya tambahan kebutuhan modal kerja yang setiap tahunnya meningkat, yaitu dari kebutuhan tambahan modal kerja tahun 2009 sebesar Rp 5,33 triliun naik menjadi Rp 12,68 triliun pada 2014, atau tumbuh 20% per tahun.
Untuk mencapai target itu, Ditjen Perikanan Budidaya menempuh tiga pendekatan. Pertama, memfokuskan arah kegiatan APBN Ditjen Perikanan Budidaya.
Kedua, mengoptimalkan pemanfaatan kredit program. Ketiga, menciptakan iklim usaha yang mampu memacu pokdakan untuk melakukan ekspansi usaha dengan menggunakan fasilitas kredit komersial, terutama untuk komoditas udang vaname, ikan kerapu, kakap putih, nila, dan patin di keramba jaring apung.

Sumber : Suara Pembaruan Hal 13