PROFIL PROTEIN KEONG RAWA “KALAMBUAI”  DENGAN MENGGUNAKAN BEBERAPA METODE PENGOLAHAN
(The Protein Profil Fresh Water Snail “Kalambaui” with  Many Processing Methodes)
Siti Dharmawati , Nordiansyah Firahmi  
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian  terhadap keong rawa “kalambuai” untuk mengetahui kadar protein dengan menggunakan beberapa  metode pengolahan.Dua soesies keong rawa  diolah dengan cara dikukus, silase asam, silase biologi dan tepsil. Nilai protein keong rawa yang diolah dibandingkan dengan keong rawa mentah.  Hasil pengolahan kemudian diuji dengan menggunakan metode Kjeldahl Metode pengolahan secara silase biologi memberikan hasil yang terbaik  dan meningkatkan  kadar protein sampai  61,64%.   
Kata-kata kunci :   Protein, Keong Rawa “Kalambuai”, Metode Pengolahan
ABSTRACT
The research was  was done on fresh water snail “Kalambuai” to evaluated protein value with many  processing methodes fresh water snail  is the  processing methodes . Two varians fresh water snail processed by steam, Acid silage, biological silage and tepsil, and the protein value with compared raw snail meal. The test result processing  on Kjeldahl methode  Result of this experiment showed the methode biological silage of fresh water snail  could increasing protein value until  61,64%
Keywords :  Protein, Fresh Water Snail “Kalambuai”, Processing Methodes  
PENDAHULUAN
Selama ini sumber protein hewani  biasa digunakan sebagai salah satu bahan penyusun ransum adalah tepung ikan.  Perkembangan peternakan  khususnya unggas terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga menyebabkan suplai tepung ikan  tidak mampu memenuhi kebutuhan  tersebut, khususnya  di Kalimantan Selatan.
Dilain  pihak penggunaan tepung ikan khususnya yang diimpor sebagai  campuran  ransum menyebabkan peningkatan harga ransum.  Untuk menekan biaya produksi yang ditimbulkan oleh  biaya ransum ini, maka perlu diusahakan alternatif  bahan pakan lain yang bernilai  gizi relatif  sama sebagai pengganti tepung ikan dalam ransum.  Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk menggantikan tepung ikan tersebut adalah tepung keong rawa.   Namun penggunaan keong rawa mentah pada ternak khususnya unggas ternyata menurunkan performans diantaranya penurunan produksi dan menghambat pertumbuhan  Karena itu perlu dilakukan pengolahan  diantaranya dengan cara dikukus,   silase dan tepsil.  Namun pengolahan ternyata mempengaruhi nilai protein dari bahan pakan.  Untuk itu perlu diketahui metode pengolahan yang tepat guna diperolehnya protein yang optimal dari bahan pakan tersebut khususnya protein keong  rawa.
MATERI DAN METODE
Keong rawa “kalambuai” disiapkan dengan cara dipisahkan dari cangkangnya dandibersihkan. Masing-masing keong rawa selanjutnya dibagi menjadi empat perlakuan yaitu : (1) dikukus selama  20 menit pada suhu 80oC ; (2) Diolah dalam bentuk silase biologi dengan mencampurkan daging keong rawa dengan tapioka dan larutan asam laktat dengan perbandingan  2:1: 0.5 , campuran tersebut difermentasi kedap udara selama  7 hari. ; (3) Diolah dalam bentuk silase asam, yaitu dengan menggunakan asam propional dan asam formiat dengan perbandingan 1:1, dan digunakan sebanyak 3% dari bahan keong rawa yang digunakan selanjutnya difermentasi selama 7 hari. dan ; (4) Diolah dengan cara Tepsil, yaitu menggunakan asam formiat dan garam dengan perbandingan 1:1, penggunaan kedua bahan tersebut 3% dari berat  keong rawa yang akan difermentasi.  Sedangkan sebagai kontrol digunakan keong rawa  mentah.  Baik keong rawa mentah, dikukus, silase dan tepsil dijemur matahari untuk selanjutnya dibuat dalam bentuk tepung.  Hasil olahan dianalisa dengan menggunakan metode Kjeldahl (AOAC, 1990) 
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil keong rawa hasil olahan dari dua spesies yang berbeda dan interaksinya  disajikan pada Tabel 1 dan Tabel  2.
Tabel 1.   Pengaruh Perlakuan terhadap Komposisi  Nutrient  Tepung Keong Rawa “Kalambuai”
Perlakuan Protein
Jenis Keong :
1. P.Glauca
2. P.Canaliculata 
Signifikansi 
54,505a
53,799b
**
Metode Pengolahan:
Kukus
S.Asam
S.Biologi
Tepsil
Mentah (Kontrol)
Signifikansi 
50,380b
53,883c
55,488d
56,857e
48,75a
**
abcde  Nilai dengan superskrip yang berbeda pada baris atau kolom menunjukkan perbedaan (P<0,05)
Pada keong spesies  Pomacea glauca mengandung protein lebih tinggi dibandingkan dengan spesies  Pomacea canaliculata . Menurut  Maynard (1985), bahwa kandungan komposisi nutrient suatu produk dipengaruhi oleh spesies dan cara pengolahan. Secara umum kandungan protein yang diolah baik melalui pengukusan, silase dan tepsil relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tepung keong rawa mentah. . 
Hasil pengamatan  menunjukkan bahwa daging keong rawa segar tanpa melalui pengolahan  proses pengeringannya lebih lambat dibandingkan dengan keong rawa yang diolah .  Hal ini diperkirakan karena pada keong rawa  segar memiliki kadar air  yang relatif masih tinggi (90,46%) dan masih banyak lendir sehingga menghalangi penguapan air.   Proses pengeringan yang lambat akan lebih memungkinkan  bagi mikroorganisme   untuk berkembang biak yang secara langsung akan mempengaruhi nilai nutrisi keong rawa salah satunya adalah protein yang mengalami sebelum ditepungkan (Dharmawati, 2006)   
Hasil analisis ragam menunjukkan terjadi interaksi antara jenis keong dengan pengolahan.  Kandungan protein keong rawa “kalambuai” yang diolah dengan metode silase biologi  lebih tinggi dibanding ketiga perlakuan lainnya.  Kadar protein  tertinggi  terdapat pada keong rawa spesies Pomacea glauca yang diolah dengan metode  silase biologi (61,64%).  
Tabel  2.      Interaksi Spesies dan Pengolahan Keong Rawa “Kalambuai” terhadap Komposisi Nutrient Tepung Keong Rawa 
Spesies  keong Pengolahan Kandungan Protein
P. Glauca Kukus 49.85c
S. Asam 49.99c
S. Biologi 61.64g
Tepsil 53.70e
Mentah (Kontrol) 28.45a
P. Canaliculata Kukus 50.91c
S. Asam 52.06d
S.Biologi 57.78f
Tepsil 57.28f
Mentah (Kontrol) 47.25b
abcdefg  Nilai dengan superskrip yang berbeda pada baris atau kolom menunjukkan perbedaan (P<0,05)
Tingginya  protein tepung keong rawa yang diolah dengan menggunakan metode biologi  diduga karena ada kegiatan mikroba  dalam hal ini Lactobacillus sp pada bahan organik yang digunakan. Adanya mikroba-mikroba ini diduga turut menyumbangkan protein pada bahan pakan yang difermentasi.  Menurut  Harjo dkk (1989)  penggunaan  bakteri asam laktat pada bahan padat dalam proses fermentasi akan meningkatkan  protein sekitar 14- 18%  lebih besar dari bahan 
DAFTAR PUSTAKA
AOAC, 1990.   Official Methods of Analysis Association of Official Analytical Chemists.  Method.  Washington D.C. pp. 15-982 ;  1096-1098
Dharmawati, S, 2006.  Pengaruh Pengolahan Keong Rawa “Kalambuai”  terhadap Nilai Energi Metabolis dan Kecernaan Protein Serta Implikasinya pada Ayam Broiler. Hasil Penelitian.  Faperta Uniska Banjarmasin.
Harjo, S., Indrasti, N.S., Bantecut, T.  1989.  Biokonversi Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian.  Dirjen Dikti.  PAU Pangan dan dan Gizi. IOB.  Bogor.  Hal 90-103.
Maynard, A.L.,  Loosli, K.J., Hinzt, H., and Warner, G.R. 1980.  Animal Nutrition. Seventh Edition.  Mc Graw – Hill  Book Company, Philippine.  pp.  136 – 416.
Sumber Tulisan : http://tulisandharmawati.blogspot.com
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar