Berwisata ke Aceh? Beberapa tahun lalu kalimat ini memang agak asing dan aneh. Namun sekarang tidak lagi. Perdamaian di Aceh membuat daerah Serambi Mekkah ini mulai bangkit kembali. Demikian halnya dengan dunia pariwisata.
Pasca  tsunami, perhatian dunia terhadap daerah ini begitu tinggi. Sehingga  seluruh dunia tahu bagaimana Aceh. Aceh yang terus berbenah saat ini  sudah mudah diakses. Setiap hari, ratusan orang asing lalu lalang  disini. Kedatangan mereka dalam rangka rekontruksi dan rehabilitasi ikut  memberikan andil positif bagi perkembangan wisata Aceh.
Menuju  Aceh bukanlah hal sulit lagi. Sekarang Bandar Udara Sultan Iskandar  Muda sudah sibuk dengan banyaknya penerbangan. Bahkan, penerbangan  langsung Banda Aceh-Jakarta juga sudah ada. Tanpa harus transit lagi di  Medan sebagaimana biasanya.
Menghabiskan akhir pekan dengan berwisata ke Aceh bisa menjadi alternatif baru. Dengan waktu singkat itu, kunjungan ke kota Banda Aceh dan Kota Sabang di Pulau Weh bisa menjadi pilihan.
Di  Banda Aceh, kita bisa berkeliling kota. Menyaksikan Masjid Baiturrahman  yang bersejarah. Disini kita juga bisa mengunjungi banyak lokasi-lokasi  wisata sejarah. Seperti Musium, Makam Belanda dan sebagainya. Beberapa  lokasi yang terkena tsunami juga bisa dijadikan alternatif kunjungan.  Agar kita bisa mengenang musibah bencana terdahsyat abad ini.
Beberapa daerah wisata di sekiat kota Banda Aceh sudah mulai bangkit lagi. Bahkan di Pantai Lhok Nga dan Pantai Lampuuk kita bisa menyaksikan keramaian setiap sorenya.
Pantai  Lhok Nga dan Pantai Lampuuk sejak dulunya memang sudah menjadi tempat  kunjungan wisatawan. Gelombang tsunami membuat pantai ini luluh lantak.  Tak satu pun sarana yang tersisa. Puluhan kapal terdampar ke darat.  Jalanan rusak dan seluruh pohon pelindung hanyut. 
Pembersihan daerah pantai mendapat prioritas. Hasilnya lumayan hebat. Hanya beberapa bulan, pantai sudah bisa bersih kembali. Bahkan sudah kembali ramai dikunjungi wisatawan. Pantai Lhok Nga dan Pantai Lampuuk menjadi pilihan terbaik bagi warga Banda Aceh yang ingin menghabiskan sore hari.
Pemandangan  sunset di Pantai Lok Nga dan Lampuuk sangat ditunggu-tunggu. Para  pekerja NGO asing yang bertugas di Aceh juga menjadikan Pantai Lhok Nga  dan Lampuuk sebagai tujuan pelepas penat. Ombaknya yang besar cocok  untuk berselancar. Tapi harus hati-hati kalau ingin mandi di laut. Sebab  di lokasi ini sering terjadi arus bawah yang deras. Beberapa kali warga  yang mandi di laut terseret arus dan ini tentu berbahaya sekali.  Apalagi hingga saat ini belum ada penjaga pantai yang bekerja secara  khusus di daerah ini. 
Sabang dan Titik Nol
Berkunjung  ke Aceh tak akan berkesan kalau belum ke Sabang. Maklum, Sabang yang  terletak di Pulau Weh ini adalah bagian paling barat negara kesatuan  Republik Indonesia. Bukan itu saja, Sabang mempunyai beberapa andalan  wisata yang takkan terlupakan.
Akses  ke Sabang saat ini bisa dilakukan lewat laut dan udara. Cara termudah  menuju Sabang adalah melalui laut. Ada dua kapal yang melayani rute  Banda Aceh-Sabang. Ada kapal penumpang serta ada kapal ferry yang bisa  mengangkut kenderaan roda empat. Pelayaran ke Sabang saat ini dilakukan  di Pelabuhan Ule Lheu.
Berkunjung  ke Sabang membutuhkan persiapan matang. Sebab di kota ini belum banyak  sarana dan prasarana. Jika ingin melakukan kunjungan ke seluruh obyek  wisata yang ada, sebaiknya kita membawa kenderaan sendiri dari Banda  Aceh. Lokasi wisata yang saling berjauhan tentu akan menyita waktu jika  harus mencari alat transportasi.
Pelabuhan Balohan menjadi titik masuk ke Sabang. Pelabuhan ini adalah pelabuhan bebas. Sejak tahun 2000, Sabang bersama Pulau Aceh ditetapkan sebagai Kawasan perdagangan bebas. Sayangnya, konflik di Aceh beberapa tahun lalu membuat Balohan sepi dan minim aktifitas.
Pariwisata  menjadi sektor unggulan bagi Kota Sabang. Sektor ini pernah menjadi  primadona. Sejak tahun 2000, ribuan wisawatan asing datang kesini. Tapi  pada tahun 2003 terjadi penurunan drastis menyusul adanya larangan  terhadap warga asing masuk ke wilayah Propinsi Nangroe Aceh Darussalam.  Sekarang larangan itu sudah dicabut.
Wisata unggulan di Sabang adalah wisata alam dan wisata bahari. Namun ada satu tempat yang tidak boleh terlewatkan. Yakni titik nol kilometer di kawasan Ujong Batu. Di tempat ini telah dibangun satu tugu yang lumayan bagus. Tugu tersebut dinamakan Tugu Kilometer Nol.
Dinas  Pariwisata Kota Sabang menaruh perhatian yang cukup terhadap keberadaan  tugu ini. Setiap pengunjung bahkan bisa mendapatkan sertifikat bukti  telah mengunjungi daerah paling barat Indonesia ini dengan mengambilnya  ke kantor Dinas Pariwisata Kota Sabang. Sertifikat ini bisa menjadi  oleh-oleh sepulang dari Sabang.
Perjalanan dari Kota Sabang menuju lokasi Tugu membutuhkan waktu cukup lama. Sebab jaraknya cukup jauh dengan jalanan yang tidak mulus. Namun jangan kecewa dulu, sebab di sepanjang perjalanan kita akan terhibur dengan keberadaan monyet-monyet liar. Kita bahkan bisa berhenti sejenak untuk memberi makan monyet-monyet ini. Banyak warga yang menjualkan pisang masak di sekitar hutan untuk diberi pada kawanan monyet.
Monyet-monyet ini seakan sudah terbiasa dengan pengguna jalan. Mereka selalu mendekati mobil yang melintas untuk meminta makanan. Warga setempat tidak pernah mengganggu keberadaan monyet tersebut.
Bagi  wisatawan asing, Sabang cukuk dikenal sebagai lokasi wisata laut yang  indah. Daya tarik wisata Sabang yang terkenal adalah lokasi diving (menyelam)  yang terletak di sekitar taman laut Pulau Rubiah. Di lokasi ini dapat  dilihat keindahan biota laut berupa terumbu karang dan keanekaragaman  jenis ikan hias. 
Di  Pantai Gapang dan Iboih telah ada sarana penginapan. Pemerintah  setempat sedang mencoba mewujudkan Kawasan Wisata Iboih dan Desa  Pariwisata. Namun upaya itu masih terkendala dengan minimnya prasarana.
Selain  wisata laut, Sabang juga mempunyai potensi bagus pada peninggalan  sejarahnya. Disini terdapat ratusan benteng peninggalan Belanda dan  Jepang pada Perang Dunia ke-2. Sebagian besar benteng itu dalam kondisi  tidak terawat. Sesekali, ada wisatawan asal Belanda dan Jepang yang  datang kesana. Dalam waktu dekat, akan dilakukan renovasi dan  pemeliharaan beberapa benteng dengan bantuan dari Jepang.
Pusat Kota Sabang sendiri adalah sebuah dataran tinggi nan asri. Kota ini juga sangat teduh dengan banyaknya pohon. Pohon-pohon ini adalah peninggalan Belanda yang tetap dijaga keberadaannya. Di pusat kota juga dengan mudah ditemui gedung-gedung bergaya eropa peninggalan Belanda.
Di  Sabang, kita dengan mudah bisa melihat mobil-mobil mewah yang lalu  lalang. Maklum saja, Sabang yang menjadi pelabuhan bebas memungkinkan  warga bisa membeli mobil dengan harga murah. Jadi jangan terkejut kalau  melihat mobil mewah parkir di depan rumah yang sederhana.
Jika berkunjung ke Sabang, ada baiknya juga memperhatikan jadwal keberangkatan kapal ke Banda Aceh. Bagi yang membawa kenderaan disarankan sudah stand by di Pelabuhan Balohan sebelum pagi. Sebab muatan kapal ferry terbatas. Jika terlambat, kita terpaksa menunggu kapal keesokan harinya.
by:dewi
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar