Kamis, 05 April 2012

teknik penyuntikan dan dosis ovaprim


TeknikPenyuntikan dan Dosis Ovaprim

 I.  PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penyuntikan hormon pada kegiatan budidaya sangat penting untuk dilakukan  karena berfungsi untuk merangsang terjadinyapeningkatan proses fisiologis reproduksi akibat adanya peningkatan jumlahhormon dalam tubuh.  Secara prinsip, penambahan hormon dapat dilakukanbaik melalui  penyuntikan maupun melaluioral. Pemijahan secara alami dan menunggu waktu atau musim ikan memijah tidakefektif dalam memprodukssi ikan/individu baru ecara maksimal. Sebetulnya,dengan menggunakan rangsangan hormon dalam tubuh ikan, pemijahan dapatdilakukan kapan saja asalakan gonad dalam tubuh ikan sudah mengalamipematangan. Meskipun keberhasilan pemijahan ditentukan oleh keberhasilan prosespematangan akhir gonad yang sejalan dengan penambahan hormonal, namun teknikpenyuntikan sendiri bukanlah merupakan suatu penentu keberhasilan tersebut.
1.2 Tujuan
            Praktikum inibertujuan mengetahui teknik penyuntikan pada ikan dan mengetahui dosis ovaprimyang digunakan pada saat penyeragaman dan pematangan akhir gonad ikan sertamengetahui organ target penyuntikan.

II.  METODOLOGI
2.1.   Waktu dan Tempat
2.2 Alat dan Bahan
            Peralatan yangdipakai pada saat praktikum syring, baki tempat ikan, akuades dan serbetatau tissu sedangkan bahan  yangdigunakan adalah 2 ekor ikan mas jantan dan ovaprim.
 2.3.  Prosedur Kerja
Pertama sekali ikan yang akan di suntikdiperiksa alat kelamin sekundernya. Jumlah ikan yang dipraktikumkan sebanyak 2ekor. Induk lele dengan ditangkap dan dipegang, kemudian digunakan kain untukmenutup dan memegang kepala ikan dan memegang pangkal ekornya. Hormon disedotdengan alat injeksi spuit sebanyak hormon yang diperlukan, misalnya 0,5 mluntuk ikan yang berjenis kelamin jantan dan 0,3ml untuk yang berjenis kelaminbetina. Setelah ovaprim berada dalam jarum suntik kemudian dilakukanmengenceran dengan menyedot kembali akuades dengan perbandingan yang sama. Kemudian hormon  disuntikkan padaikan  ke dalam daging lele di bagian intavena, intar muscular dan intra cranial. Pada saat penyuntikan ovaprim diusahakan posisi jarum suntik berada antarasudut 40 – 45º. Kedalaman jarum suntik ± 1 cm dan disesuaikan dengan besarkecilnya tubuh ikan. Penyuntikan dilakukan perlahan dan hati-hati. Setelah obatdidorong masuk, jarum dicabut kemudian bekas suntikkan diurut perlahan-lahandangan jari telunjuk atau jempol beberapa saat agar obat tidak keluar.
 III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1  Pembahasan
Ikan terdiri atas alatkelamin, gonad, kelenjar hipofisa, dan saraf yang berhubungan dengan alatperkembangan alat reproduksi. System reproduksi tersebut saling berhubungansatu dengan yang lain dan berinteraksi dengan kondisi lingkungan. Sumantadinata(1997) mengatakan bahwa reproduksi ikan dikendalikan oleh tiga sumbu utama,yaitu hipotalaums, hipofisa, dan gonad. Secara alami, sistem kerja reproduksiikan dimulai dari keadaan lingkungan seperti suhu, cahaya, dan cuaca yangditerima oleh organ perasa dan meneruskannya ke system saraf. Selanjutnya,hipotalamus melepasakan GnRH (gonadotropin releasing hormon) yang bekerjamerangsang kelenjar hipofisa untuk melepaskan GtH (gonadotropin). Gonadotropinakan berfungsi dalam perkembangan dan pematangan gonad serta pemijahan (Amri,2008). Gonad sebagai organ reproduksi ikan merupakan salah satu dari 3 komponenyang terlibat dalam reproduksi ikan, selain sinyal lingkungan dan sistemhormon. Dalam proses pematangan gonad, sinyal lingkungan yang diterima olehsistem saraf pusat ikan itu akan diteruskan ke hipotalamus. Akibatnya,hipotalamus melepaskan hormon GnRH. (Gonadotropin realizing hormon) yangselanjutnya bekerja pada kelenjar hipofisa.
Pada saat dilakukanpenyuntikan sebaiknya ikan dibungkus dengan kain dan menutup mata ikan  agar tidak lepas. Pada ikan yang lebih besarbiasanya penyuntikkan dilakukan lebih dari satu orang, yakni orang pertamamemegang ekor dan kepala, sedangkan orang yang lainnya menyuntikkan hormon ovaprim.Santoso(1997) menambahkan penyuntikan disarankan mengarah ke bagian depan(arah kepala) ikan, agar tidak mengenai organ bagian pencernaan dan tulang ikan.Apabila mengenai organ tersebut maka proses penyuntikkan tidak akan memacukelenjar hipofisa untuk mengeluarkan hormon GnRH dalam proses pemijahan (tidakterjadinya proses pemijahan). Banyak  halyang harus diperhatikan ada saat melakukan penyuntikan, diantaranya: menggunakanjarum suntik yang tajam (bila memungkinkan gunakan single use syringe),lakukan penyuntikan pada daerah yang memiliki daging tebal untuk menghindaripenyuntikan terkena tulang, jarum suntik diposisikan menghadap mata untkmenghindari kesalahan pembacaan jumlah hormon yang dimasukkan, masukkan hormondengan menekan spuit secara perlahan hindari adanya stress berlebihan pada ikandan cabut jarum suntik secara perlahan guna menghindari adanya pembalikanhormon keluar tubuh. Menurut Sutisna dan Sutarmanto (1995), teknik penyuntikandengan arah jarum suntik membuat sudut 600 dari ekor bagian belakang dan jarumdimasukkan sedalam kurang lebih 1,5 cm. Hal ini ditujukkan supaya ovaprim benar– benar masuk ke bagian organ target.
            Teknik penyuntikan hormon pada ikandapat dilakukan dengan tiga cara yaitu intra muscular (penyuntikan kedalamotot), intra peritorial (penyuntikan pada rongga perut), dan intra cranial(penyuntikan di kepala) (Susanto, 1999). Dari ketigateknik penyuntikkan yang paling umum dan mudah dilakukan adalah intra muscular,karena pada bagian ini tidak merusak organ yang penting bagi ikan dalammelakukan proses metabolisme seperti biasanya dan tingkat keberhasilan lebihtinggi dibandingkan dengan lainnya. Menurut Muhammad dkk (2001) secara intramuscular yaitu pada 5 sisik ke belakang dan 2 sisik ke bawah bagian sirippunggung ikan. Metode penyuntikan  lebihumum digunakan, baik penyuntikan melalui bagian punggung (intra-muscular)ataupun melalui bagian perut (intra-peritoneal. Penyuntikan hormon ke organotot (intra muscular) memiliki resiko kerusakan organ kecil dan penyebaranhormon lebih cepat menyebar ke seluruh tubuh namun obat kemungkinan dapatkeluar kembali dari tubuh dan dapat menyebabkan iritasi pada bagian tubuh ikan.Sedangkan penyuntikan pada rongga perut (intra vena) pelaksanaanya lebihpraktis dan tidak terlalu memperhitungkan volume hormon yang akan disuntikkantetapi kerja dan peyebaran hormon lebih lambat dan rentan terhadap iritasi danimplantasi. Pada penyuntikan hormon di kepala (intra cranial) kelebihannyacepat dan tepat pada sasaran namun beresiko tinggi terhadap kelangsungan hidupikan.
Ovaprim digunakan sebagai agenperangsang bagi ikan untuk memijah, kandungan GnRHa akan menstimulus pituatariuntuk mensekresikan GtH I dan GtH II. Sedangkan anti dopamin menghambathipotalamus dalam mensekresi dopamin yang memerintahkan pituatari menghentikansekresi GtH I dan GtH II. Ovaprim pada ikan berfungsi untuk menekan musimpemijahan,mengatur kematangan gonad selama musim pemijahan normal, merangsangproduksi sperma pada jantan untuk periode waktu yang lama dan volume yang lebihbanyak, merangsang pematangan gonad sebelum musim pemijahan,maksimalkan potensireproduksi, mempertahankan materi genetik pada beberapa ikan yang terancampunah dan mempersingkat periode pemijahan. lebih efektif bila dibandingkandengan menggunakan hormon hipofisa.
Dosis yang diberikan pada ikanmemengaruhi waktu memijah dari ikan yang bersangkutan. Sebagai perbandingan, dibawah ini terdapat data hasil penelitian Zudin Assubukin (9793001), Dept. ofAnimal Husbandry mengenai waktu latensi pemijahan yang tercepat sampai terlamaadalah sebagai berikut dosis 0,3 kl/kg/bw (507 menit; 8.27 jam), diikuti dengandosis 0,4 ml/kg/bw (573 menit; 9.33 jam), 0,2 ml/kg/bw (576 menit; 9.36 jam) dosis0,5 ml/kg/bw (607 menit; 10.17 jam), dan dosis 0,1 ml/kg/bw (691 menit; 11.31jam), sedangkan kontrol tidak mengalami ovulasi. Berdasarkan hasil penelitianini dapat disimpulkan bahwa penggunaan hormon ovaprim dengan dosis yang berbedaterhadap waktu latensi pemijahan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)adalah sebagai berikut: waktu latensi pemijahan pada dosis 0,3 ml/kg/bw,hatching rate (HR) pada dosis 0,4 ml/kg/bw dan survival rate (SR) pada dosis0,3 ml/kg/bw. Berdasarkan penelitian ini dapat disarankan penggunaan hormonovaprim yang optimum untuk pemijahan ikan lele dumbo adalah 0,3 ml/kg/bw.

IV.  KESIMPULANDAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari  pratikum yang dilakukan praktikan dapatmengetahui cara dan melakukan penyuntikan hormon yang baik dan benar  pada ikan serta mengetahui dosis yangdigunakan pada saat penyuntikan yang dibutuhkan dan organ yang menjadi targetpenyuntikan ovaprim.
 4.2  Saran
Sebaiknya untuk prakikum setiappraktikan mampu melakukan sendiri dengan teknik penyuntikan yang baik dan benardan untuk selanjutnya praktikum berjalan lebih kondusif lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Santoso,1997. Teknik penyuntikan sperma pada ikan. http://www.teknik
penyntikan sperma (13Noovember 2009)
Sumantadinata, 1995. Pemijahan lele dumbo. http://ikanmania.wordpress.
(13Noovember  2009)
            Khairumandan Amri K, 2008. Buku pintarbudidaya 15 ikan konsumsi. Agromedia:Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar